Minggu, 06 September 2009

MENGUNGKAP RAHASIA BENCANA ALAM

Oleh
Ihsan Kamaludin*

BENCANA ALAM DARI PRESFEKTIF ILMIYAH
Bencana alam dapat kita lihat dari dua arah yaitu prespektif ilmiyah dan aqidah. Dari presfektif ilmiyah Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh gejala alam. Sebenarnya gejala alam merupakan gejala yang sangat alamiah dan biasa terjadi pada Bumi. Namun hanya ketika gejala alam tersebut melanda manusia (nyawa) dan segala produk budidayanya (kepemilikan, harta dan benda), kita baru bisa menyebutnya sebagai bencana. Sebagai misal, jika suatu hantaman tsunami sedahsyat tsunami tanggal 26 Desember 2004 di Nanggroe Aceh Darussalam menerpa pantai-pantai dan pulau-pulau yang tidak berpenghuni atau tidak terdapat lahan-lahan budidaya, maka kita akan menganggap kejadian tersebut hanya sebagai gejala alam biasa. Tetapi suatu longsoran kecil saja yang mengubur hanya sebuah rumah telah kita anggap sebagai bencana alam.
Bencana alam, dilihat dari penyebabnya, dapat dibedakan atas sedikitnya tiga jenis yaitu geologis, klimatologis dan ekstra-terestrial. Bencana alam geologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh faktor yang bersumber dari Bumi, seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi. Secara spesifik dari sudut pandangbahan dan tempat, dalam kategori ini termasuk pula longsor dan berbagai gerakan tanah. Bencana klimatologis adalah bencana yang diakibat kan dari iklim, suhu, air, api dan udara. Contohnya Banjir, badai, angin ribut (Topan, tornado, puting beliung), kekeringan,kebakaran hutan. Jenis bencana yang ketiga adalah bencana akibat dari hantaman benda langit di luar bumi seperti meteor dan asteroid. Benda ini bias mengakibatkan kawah bila sampai ke bumi bahkan bisa menghancurkan sebuah kota sebagaimana dihancurkanya oleh bom atom.
Berbagai daerah di Indonesia merupakan titik rawan bencana, terutama bencana gempa bumi, tsunami, banjir, dan letusan gunung berapi. Wilayah Indonesia dikepung oleh lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Sewaktu-waktu lempeng ini akan bergeser patah menimbulkan gempa bumi. Selanjutnya jika terjadi tumbukan antarlempeng tektonik dapat menghasilkan tsunami, seperti yang terjadi di Aceh dan Sumatera Utara.
Catatan dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukan bahwa ada 25 Daerah Wilayah Rawan Gempabumi Indonesia yaitu: Aceh, Sumatera Utara (Simeulue), Sumatera Barat - Jambi, Bengkulu, Lampung, Banten Pandeglang, Jawa Barat, Bantar Kawung, Yogyakarta, Lasem, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kepulauan Aru, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sangir Talaud, Maluku Utara, Maluku Selatan, Kepala Burung-Papua Utara, Jayapura, Nabire, Wamena, dan Kalimantan Timur.
Selain dikepung tiga lempeng tektonik dunia, Indonesia juga merupakan jalur The Pasicif Ring of Fire (Cincin Api Pasifik), yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. Cincin api Pasifik membentang diantara subduksi maupun pemisahan lempeng Pasifik dengan lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng Amerika Utara dan lempeng Nazca yang bertabrakan dengan lempeng Amerika Selatan. Ia membentang dari mulai pantai barat Amerika Selatan, berlanjut ke pantai barat Amerika Utara, melingkar ke Kanada, semenanjung Kamsatschka, Jepang, Indonesia, Selandia baru dan kepulauan di Pasifik Selatan. Indonesia memiliki gunung berapi dengan jumlah kurang lebih 240 buah, di mana hampir 70 di antaranya masih aktif. Zone kegempaan dan gunung api aktif Circum Pasifik amat terkenal, karena setiap gempa hebat atau tsunami dahsyat di kawasan itu, dipastikan menelan korban jiwa manusia amat banyak.
Untuk mengetahui kapan gempa bumi akan terjadi merupakan pekerjaan yang sulit. Hal ini dikarenakan gempa dapat terjadi secara tiba-tiba di manapun asalkan masih berada dalam zona kegempaan bumi. Maka dari itu yang masih mungkin dilakukan adalah melakukan sistem peringatan dini (early warning sytem) yang berfungsi sebagai "alarm" darurat jika sewaktu-waktu datang gempa secara tak terduga. Implementasi sistem ini bisa diterapkan dengan memasang rangkain seismograph yang tersambung dengan satelit. National Ocean and Atmospheric Administration (NOAA) USA misalnya, telah menggunakan sensor bernama DART (Deep Oceaan Assesment and Reporting) yang mampu mengukur perubahan gelombang laut akibat gempa bumi tektonik.
Akibat utama gempa bumi adalah hancurnya bangunan-bangunan karena goncangan tanah. Jatuhnya korban jiwa biasanya terjadi karena tertimpa reruntuhan bangunan, terkena longsor, dan kebakaran. Jika sumber gempabumi berada di dasar lautan maka bisa membangkitkan gelombang tsunami yang tidak saja menghantam pesisir pantai di sekitar sumber gempa tetapi juga mencapai beberapa km ke daratan.
Korban jiwa terbesar akibat gempa bumi Indonesia terjadi di Nias pada bulan Maret 2005 sebanyak 300 jiwa. Sementara korban jiwa gempabumi yang kemudian membangkitkan tsunami terbesar memakan korban jiwa terjadi di Aceh dan Sumut pada Desember 2004, sebanyak 250.000 jiwa. Gempa Jogja pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United States Geological Survey melaporkan 6,2 pada skala Richter; lebih dari 6.000 orang tewas, dan lebih dari 300.000 keluarga kehilangan tempat tinggal. Yang terupdate gempa tasikmalaya pada tanggal 2 September 2009 pada skala 7,3 skala richter dengan episentrum 70 KM dari selatan Tasikmalaya. Korban mencapai 49 orang 40 orang hilang tertimbun longsor dan ribuan rumah rusak parah.
Dengan sifat bencana alam geologis yang seakan-akan “mendadak dan tidak teratur” sehingga usaha-usaha prediksi masih belum berhasil, maka usaha yang paling baik dalam mengantisipasi bencana alam adalah dengan mitigasi. Mitigasi dapat berarti mengurangi kerugian yang timbul oleh peristiwa bencana alam. Beberapa pendapat mengartikannya sebagai “menjinakkan” atau “melunakkan” bencana alam.
Pada prinsipnya mitigasi adalah usaha-usaha baik bersifat persiapan fisik maupun non-fisik dalam menghadapi bencana alam. Persiapan fisik dapat berupa penataan ruang kawasan bencana dan kode bangunan. Sedangkan persiapan nonfisik dapat berupa pendidikan tentang bencana alam: mengenali gejala-gejala bencana alam; bagaimana reaksi ketika bencana terjadi setelah bencana terjadi; dan di antara dua kejadian bencana, selain usaha-usaha memprediksi bencana alam, menghilangkan kejadian, atau menghilangkan ketidakaturan bencana alam. Bila akhirnya semua usaha antisipasi bencana tersebut tidak berhasil, reaksi terakhir adalah “alihkan tanggung jawab kepada Yang Di Atas” (Sampurno 2004: 1).


BENCANA DARI PRESFEKTIF AQIDAH
Allah Subhanauwataala menciptakan alam dan semesta ini merupakan kuasa-Nya yang tidak tertandingi. Matahari, Bulan, bintang, bumi dengan segala isinya terkoordinasi dengan baik dalam pengaturan-Nya. Inilah yang dimaksud dengan sunnatullah. Allah tidak akan menciptakan semua yang ada di alam ini sia-sia. Proses penciptaan sampai kejadian bencana merupakan bahan tafakur untuk dijadikan hikmah yang besar. Jadi ketika ada sebuah bencana dari segi aqidah kita meyakini ada yang merupakan sunnatullah dan ada yang diakibatkan oleh tangan-tangan manusia.
Bagi orang yang berakal, Sunnatullah merupakan ketetapan Allah yang berlaku untuk keteraturan Alam semesta. Salah satunya Bumi dengan gunung-gunungya. Dalam surat An-Naba : 6-7 disebutkan bumi sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak-pasaknya. Bambang Pranggono (2005:40) mengungukapkan fungsi gunung adalah pasak bumi yang memancang ke bawah tanah dengan kokoh. Ini sebuah konsep tentang gunung yang sangat mutakhir dan baru dikenal. Para ahli geofisika, baru 20 tahun yang lalu menemukan teori lempeng tektonik (plate tectonic) yang menyebabkan asumsi bahwa gunung berperan menghentikan gerakan horizontal lithosfer.
Padahal, Alqur’an telah lebih dahulu menjelaskanya dalam surat An-Nahl : 15 yaitu ”dan dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi tidak goncang bersama kamu,..Rasulullah saw. Bersabda, ”tatkala Allah menciptakan bumi, bumi bergoyang dan menyentak, lalu Allah menenangkanya dengan gunung.” bagaimana mungkin Nabi Saw. Yang buta huruf dan hidupnya di abad ke-6 di tengah masyarakat padang pasir, bisa mengetahui tentang gerakan horizontal lithosferr bumi yang berfungsi menstabilkan goncangan. Subhanallah. Tabrakan antar lempeng lihtosfer bisa menyebabkan gempa bumi ataupun akan memicu terjadinya gunung meletus yang membahakan umat manusia.
Bencana Alam juga bisa terjadi akibat ulah dari tangan-tangan manusia.bencana alam merupakan pekerjaan manusia yang merusak lingkungan. seperti ini banjir selain diakibatkan hujan bisa terjadi jika manusia membuang sampah ke sungai dengan kuantitas tinggi. Contoh lain penebangan hutan secara ilegal dapat merusak tatanan hutan dan tanah sebagai paru-paru bumi sehingga berefek pemanasan global, longsor dan banjir bandang.
Bahkan pada zaman sebelum Nabi, umat yang merusak akidah islam dengan menyembah berhala-berhala dan berbuat maksiyat mendapat siksa langsung berupa bencana-bencana hebat. Umat nabi Nuh (QS. Al Qamar 9-13) dan Kaum Saba yang durhaka diberi bencana banjir yang menengelamkan kaumnya. Kaum Aad dan Tsamuud diberi bencana angin ribut dan gempa (QS. Fushilat 16). Adzab bagi kaum (bangsa sudum) Luth as. di awali dengan petir, kemudian, petir tersebut membuat goncangan yang menjadikan tanah kaum Luth as. terbalik dan terkubur, dan petir itupun membawa batu-batu yang menghujani mereka. ; Firaun dan bala tentaranya ditenggelamkan di laut Merah lantaran mendustakan Nabi Musa a.s.,(QS. As Syuara 63-65)

SEBUAH RENUNGAN
Itulah beberapa hikmah dari bencana-bencana yang menimpa umat terdahulu. Pada Umat Nabi Muhammad yang kafir tidak langsung diadzab, melainkan ditunda hingga hari kiyamat. Allah SWT berfirman:“Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: “Ya Allah, jika betul (Al Qur’an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih. Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun” (QS. Al Anfal 32-33).
Bencana alam sebagai sebuah musibah yang musibah itu merupakan ujian dari Allah SWT. Rasulullah saw. bersabda:“Manusia yang paling berat ujiannnya adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang terbaik lalu yang terbaik; seseorang diuji sesuai dengan tingkat agamanya. Dan tidaklah ujian itu menimpa seorang hamba hingga Dia membiarkannya berjalan di muka bumi tanpa kesalahan” (HR. Al Baukhari). Ujian itu saya simpulkan ada tiga rahasia besar. Pertama, Merupakan ajang bagi kita untuk meningkatkan keimanan atas kekuasaan Allah. Betapa mudah bagi Allah menghidupkan, mematikan, menciptakan dan menghancurkan alam semesta. Maka, kita harus bersiap-siap menyediakan amal shalih agar jangan ditunda-tunda. Segera lakukan kebaikan bagi diri dan lingkungan sebelum Allah dengan tiba-tiba menipakan bencana kepaada kita. Kedua, Bencana tersebut harus kita sikapi dengan penuh kesabaran dan rasa optimisme. Allah pasti menyimpan hikmah dan pelajaran yang berharga bagi kita. Jangan pernah menyerah dan berputus asa. Sabar bukan berdiam diri tapi Esensi dari kesabaran adalah kekuatan mental dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan dan perjuangan. Jika kita berhasil melewati semua maka kita akan mendapatkan berkah, rahmat dan petunjuk dari Allah sebagaimana firman-Nya:“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. Al Baqarah 155-157).
Ketiga, Merupakan ajang untuk mewujudkan kepekaan sosial bagi saudara-saudara yang tertimpa musibah. Kaum muslimin yang melihat saudara-saudara mereka tertimpa bencana alam, sudah semestinya ikut prihatin dan memberikan bantuan baik moril maupun materil sebagai sebuah perwujudan ukhuwwah Islamiyah. Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kehangatan dan kasih sayang di antara mereka dan hubungan baik satu sama lain di antara mereka bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotra tubuh mengeluh, maka akan ikut mengaduh seluruh jasad dengan demam dan tak bisa tidur“.

* Selesai pada hari ke-4 Pasca Gempa Tasikmalaya