Minggu, 06 September 2009

MENGUNGKAP RAHASIA BENCANA ALAM

Oleh
Ihsan Kamaludin*

BENCANA ALAM DARI PRESFEKTIF ILMIYAH
Bencana alam dapat kita lihat dari dua arah yaitu prespektif ilmiyah dan aqidah. Dari presfektif ilmiyah Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh gejala alam. Sebenarnya gejala alam merupakan gejala yang sangat alamiah dan biasa terjadi pada Bumi. Namun hanya ketika gejala alam tersebut melanda manusia (nyawa) dan segala produk budidayanya (kepemilikan, harta dan benda), kita baru bisa menyebutnya sebagai bencana. Sebagai misal, jika suatu hantaman tsunami sedahsyat tsunami tanggal 26 Desember 2004 di Nanggroe Aceh Darussalam menerpa pantai-pantai dan pulau-pulau yang tidak berpenghuni atau tidak terdapat lahan-lahan budidaya, maka kita akan menganggap kejadian tersebut hanya sebagai gejala alam biasa. Tetapi suatu longsoran kecil saja yang mengubur hanya sebuah rumah telah kita anggap sebagai bencana alam.
Bencana alam, dilihat dari penyebabnya, dapat dibedakan atas sedikitnya tiga jenis yaitu geologis, klimatologis dan ekstra-terestrial. Bencana alam geologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh faktor yang bersumber dari Bumi, seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi. Secara spesifik dari sudut pandangbahan dan tempat, dalam kategori ini termasuk pula longsor dan berbagai gerakan tanah. Bencana klimatologis adalah bencana yang diakibat kan dari iklim, suhu, air, api dan udara. Contohnya Banjir, badai, angin ribut (Topan, tornado, puting beliung), kekeringan,kebakaran hutan. Jenis bencana yang ketiga adalah bencana akibat dari hantaman benda langit di luar bumi seperti meteor dan asteroid. Benda ini bias mengakibatkan kawah bila sampai ke bumi bahkan bisa menghancurkan sebuah kota sebagaimana dihancurkanya oleh bom atom.
Berbagai daerah di Indonesia merupakan titik rawan bencana, terutama bencana gempa bumi, tsunami, banjir, dan letusan gunung berapi. Wilayah Indonesia dikepung oleh lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Sewaktu-waktu lempeng ini akan bergeser patah menimbulkan gempa bumi. Selanjutnya jika terjadi tumbukan antarlempeng tektonik dapat menghasilkan tsunami, seperti yang terjadi di Aceh dan Sumatera Utara.
Catatan dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukan bahwa ada 25 Daerah Wilayah Rawan Gempabumi Indonesia yaitu: Aceh, Sumatera Utara (Simeulue), Sumatera Barat - Jambi, Bengkulu, Lampung, Banten Pandeglang, Jawa Barat, Bantar Kawung, Yogyakarta, Lasem, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kepulauan Aru, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sangir Talaud, Maluku Utara, Maluku Selatan, Kepala Burung-Papua Utara, Jayapura, Nabire, Wamena, dan Kalimantan Timur.
Selain dikepung tiga lempeng tektonik dunia, Indonesia juga merupakan jalur The Pasicif Ring of Fire (Cincin Api Pasifik), yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. Cincin api Pasifik membentang diantara subduksi maupun pemisahan lempeng Pasifik dengan lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng Amerika Utara dan lempeng Nazca yang bertabrakan dengan lempeng Amerika Selatan. Ia membentang dari mulai pantai barat Amerika Selatan, berlanjut ke pantai barat Amerika Utara, melingkar ke Kanada, semenanjung Kamsatschka, Jepang, Indonesia, Selandia baru dan kepulauan di Pasifik Selatan. Indonesia memiliki gunung berapi dengan jumlah kurang lebih 240 buah, di mana hampir 70 di antaranya masih aktif. Zone kegempaan dan gunung api aktif Circum Pasifik amat terkenal, karena setiap gempa hebat atau tsunami dahsyat di kawasan itu, dipastikan menelan korban jiwa manusia amat banyak.
Untuk mengetahui kapan gempa bumi akan terjadi merupakan pekerjaan yang sulit. Hal ini dikarenakan gempa dapat terjadi secara tiba-tiba di manapun asalkan masih berada dalam zona kegempaan bumi. Maka dari itu yang masih mungkin dilakukan adalah melakukan sistem peringatan dini (early warning sytem) yang berfungsi sebagai "alarm" darurat jika sewaktu-waktu datang gempa secara tak terduga. Implementasi sistem ini bisa diterapkan dengan memasang rangkain seismograph yang tersambung dengan satelit. National Ocean and Atmospheric Administration (NOAA) USA misalnya, telah menggunakan sensor bernama DART (Deep Oceaan Assesment and Reporting) yang mampu mengukur perubahan gelombang laut akibat gempa bumi tektonik.
Akibat utama gempa bumi adalah hancurnya bangunan-bangunan karena goncangan tanah. Jatuhnya korban jiwa biasanya terjadi karena tertimpa reruntuhan bangunan, terkena longsor, dan kebakaran. Jika sumber gempabumi berada di dasar lautan maka bisa membangkitkan gelombang tsunami yang tidak saja menghantam pesisir pantai di sekitar sumber gempa tetapi juga mencapai beberapa km ke daratan.
Korban jiwa terbesar akibat gempa bumi Indonesia terjadi di Nias pada bulan Maret 2005 sebanyak 300 jiwa. Sementara korban jiwa gempabumi yang kemudian membangkitkan tsunami terbesar memakan korban jiwa terjadi di Aceh dan Sumut pada Desember 2004, sebanyak 250.000 jiwa. Gempa Jogja pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United States Geological Survey melaporkan 6,2 pada skala Richter; lebih dari 6.000 orang tewas, dan lebih dari 300.000 keluarga kehilangan tempat tinggal. Yang terupdate gempa tasikmalaya pada tanggal 2 September 2009 pada skala 7,3 skala richter dengan episentrum 70 KM dari selatan Tasikmalaya. Korban mencapai 49 orang 40 orang hilang tertimbun longsor dan ribuan rumah rusak parah.
Dengan sifat bencana alam geologis yang seakan-akan “mendadak dan tidak teratur” sehingga usaha-usaha prediksi masih belum berhasil, maka usaha yang paling baik dalam mengantisipasi bencana alam adalah dengan mitigasi. Mitigasi dapat berarti mengurangi kerugian yang timbul oleh peristiwa bencana alam. Beberapa pendapat mengartikannya sebagai “menjinakkan” atau “melunakkan” bencana alam.
Pada prinsipnya mitigasi adalah usaha-usaha baik bersifat persiapan fisik maupun non-fisik dalam menghadapi bencana alam. Persiapan fisik dapat berupa penataan ruang kawasan bencana dan kode bangunan. Sedangkan persiapan nonfisik dapat berupa pendidikan tentang bencana alam: mengenali gejala-gejala bencana alam; bagaimana reaksi ketika bencana terjadi setelah bencana terjadi; dan di antara dua kejadian bencana, selain usaha-usaha memprediksi bencana alam, menghilangkan kejadian, atau menghilangkan ketidakaturan bencana alam. Bila akhirnya semua usaha antisipasi bencana tersebut tidak berhasil, reaksi terakhir adalah “alihkan tanggung jawab kepada Yang Di Atas” (Sampurno 2004: 1).


BENCANA DARI PRESFEKTIF AQIDAH
Allah Subhanauwataala menciptakan alam dan semesta ini merupakan kuasa-Nya yang tidak tertandingi. Matahari, Bulan, bintang, bumi dengan segala isinya terkoordinasi dengan baik dalam pengaturan-Nya. Inilah yang dimaksud dengan sunnatullah. Allah tidak akan menciptakan semua yang ada di alam ini sia-sia. Proses penciptaan sampai kejadian bencana merupakan bahan tafakur untuk dijadikan hikmah yang besar. Jadi ketika ada sebuah bencana dari segi aqidah kita meyakini ada yang merupakan sunnatullah dan ada yang diakibatkan oleh tangan-tangan manusia.
Bagi orang yang berakal, Sunnatullah merupakan ketetapan Allah yang berlaku untuk keteraturan Alam semesta. Salah satunya Bumi dengan gunung-gunungya. Dalam surat An-Naba : 6-7 disebutkan bumi sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak-pasaknya. Bambang Pranggono (2005:40) mengungukapkan fungsi gunung adalah pasak bumi yang memancang ke bawah tanah dengan kokoh. Ini sebuah konsep tentang gunung yang sangat mutakhir dan baru dikenal. Para ahli geofisika, baru 20 tahun yang lalu menemukan teori lempeng tektonik (plate tectonic) yang menyebabkan asumsi bahwa gunung berperan menghentikan gerakan horizontal lithosfer.
Padahal, Alqur’an telah lebih dahulu menjelaskanya dalam surat An-Nahl : 15 yaitu ”dan dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi tidak goncang bersama kamu,..Rasulullah saw. Bersabda, ”tatkala Allah menciptakan bumi, bumi bergoyang dan menyentak, lalu Allah menenangkanya dengan gunung.” bagaimana mungkin Nabi Saw. Yang buta huruf dan hidupnya di abad ke-6 di tengah masyarakat padang pasir, bisa mengetahui tentang gerakan horizontal lithosferr bumi yang berfungsi menstabilkan goncangan. Subhanallah. Tabrakan antar lempeng lihtosfer bisa menyebabkan gempa bumi ataupun akan memicu terjadinya gunung meletus yang membahakan umat manusia.
Bencana Alam juga bisa terjadi akibat ulah dari tangan-tangan manusia.bencana alam merupakan pekerjaan manusia yang merusak lingkungan. seperti ini banjir selain diakibatkan hujan bisa terjadi jika manusia membuang sampah ke sungai dengan kuantitas tinggi. Contoh lain penebangan hutan secara ilegal dapat merusak tatanan hutan dan tanah sebagai paru-paru bumi sehingga berefek pemanasan global, longsor dan banjir bandang.
Bahkan pada zaman sebelum Nabi, umat yang merusak akidah islam dengan menyembah berhala-berhala dan berbuat maksiyat mendapat siksa langsung berupa bencana-bencana hebat. Umat nabi Nuh (QS. Al Qamar 9-13) dan Kaum Saba yang durhaka diberi bencana banjir yang menengelamkan kaumnya. Kaum Aad dan Tsamuud diberi bencana angin ribut dan gempa (QS. Fushilat 16). Adzab bagi kaum (bangsa sudum) Luth as. di awali dengan petir, kemudian, petir tersebut membuat goncangan yang menjadikan tanah kaum Luth as. terbalik dan terkubur, dan petir itupun membawa batu-batu yang menghujani mereka. ; Firaun dan bala tentaranya ditenggelamkan di laut Merah lantaran mendustakan Nabi Musa a.s.,(QS. As Syuara 63-65)

SEBUAH RENUNGAN
Itulah beberapa hikmah dari bencana-bencana yang menimpa umat terdahulu. Pada Umat Nabi Muhammad yang kafir tidak langsung diadzab, melainkan ditunda hingga hari kiyamat. Allah SWT berfirman:“Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: “Ya Allah, jika betul (Al Qur’an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih. Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun” (QS. Al Anfal 32-33).
Bencana alam sebagai sebuah musibah yang musibah itu merupakan ujian dari Allah SWT. Rasulullah saw. bersabda:“Manusia yang paling berat ujiannnya adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang terbaik lalu yang terbaik; seseorang diuji sesuai dengan tingkat agamanya. Dan tidaklah ujian itu menimpa seorang hamba hingga Dia membiarkannya berjalan di muka bumi tanpa kesalahan” (HR. Al Baukhari). Ujian itu saya simpulkan ada tiga rahasia besar. Pertama, Merupakan ajang bagi kita untuk meningkatkan keimanan atas kekuasaan Allah. Betapa mudah bagi Allah menghidupkan, mematikan, menciptakan dan menghancurkan alam semesta. Maka, kita harus bersiap-siap menyediakan amal shalih agar jangan ditunda-tunda. Segera lakukan kebaikan bagi diri dan lingkungan sebelum Allah dengan tiba-tiba menipakan bencana kepaada kita. Kedua, Bencana tersebut harus kita sikapi dengan penuh kesabaran dan rasa optimisme. Allah pasti menyimpan hikmah dan pelajaran yang berharga bagi kita. Jangan pernah menyerah dan berputus asa. Sabar bukan berdiam diri tapi Esensi dari kesabaran adalah kekuatan mental dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan dan perjuangan. Jika kita berhasil melewati semua maka kita akan mendapatkan berkah, rahmat dan petunjuk dari Allah sebagaimana firman-Nya:“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. Al Baqarah 155-157).
Ketiga, Merupakan ajang untuk mewujudkan kepekaan sosial bagi saudara-saudara yang tertimpa musibah. Kaum muslimin yang melihat saudara-saudara mereka tertimpa bencana alam, sudah semestinya ikut prihatin dan memberikan bantuan baik moril maupun materil sebagai sebuah perwujudan ukhuwwah Islamiyah. Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kehangatan dan kasih sayang di antara mereka dan hubungan baik satu sama lain di antara mereka bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotra tubuh mengeluh, maka akan ikut mengaduh seluruh jasad dengan demam dan tak bisa tidur“.

* Selesai pada hari ke-4 Pasca Gempa Tasikmalaya

Senin, 17 Agustus 2009

REFLEKSI JIHAD PARA PAHLAWAN INDONESIA

Oleh : Ihsan Kamaludin*

“ Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawanya”
- Bung Karno -

Di tahun 2009 pada bulan Agustus, masyakarat Indonesia tidak lepas dari perayaan rutin memperingati kemerdekaanya. Sebuah ritual rutin dalam mensyu kuri nikmat kemerdekaan setelah lama dan derita dizalimi oleh kaum Imperialis. Gerakan imperialisme atau penjajahan sebagaimana dikatakan Ahmad Mansur (2008) itu muncul pada abad ke-15 tahun 1497 yang digagas awalnya oleh Paus Alexander VI. Paus ini atas Nama Kerajaan Katolik memerintahkan dua negara menguasai dunia. Pertama, Portugis ditugaskan untuk menguasai belahan timur salah satunya Indonesia. Kedua, Spanyol diperintahkan untuk menguasai dunia belahan Barat. Tujuan imperialsme itu sendiri adalah 3G : Gold (kekayaan), Gospel (Ajaran) dan Glory (kejayaan).
Pada abad ke-16 tahun 1511 dinyatakan bahwa negara di luar gereja adalah negeri biadab. Dan wilayahnya dikenal dengan istilah terranollius; negara tak bertuan. Kemudian misi mereka sering mereka sebut dengan mision-scary tetapi gerakanya gerakan genocide atau pembantaian. Di Indonesia perlawanan terhadap para penjajah cukup menggemparkan. Tercatat para mujahid-mujahid muslim dengan gigihnya mengusir penjajah hengkang dari tanah air. Bahkan, bangsa kolonial, baik portugis, Inggris maupun Belanda sangat kagum pada perjuangan muslim walau tanpa senjata yang memadai. Rakyat aceh salah satu contohnya. Deretan nama pejuang seperti Malahayati, Cut Nyak Dien, Cut Muetia dan Pocut Meurah menjadi simbol perjuangan rakyat aceh dikalangan perempuan. Begitu penjajah memasuki wilayah Jawa, perjuangan tak henti di lakukan salah satunya oleh menantu Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) Yang bernama Fatahillah. Panglima Fatahillah atau raden Fatah ini menjadi kekuatan melawan dan menghancurkan penjajah yang menyerang sunda kelapa. Begitu pula perjuangan pangeran Diponegoro, yang menjadi simbol ketokohan ulama islam di Jawa. Bahkan jendral besar pahlawan Indonesia yaitu Jendral Sudirman sangat terinspirasi dengan hadist untuk berjihad fi sabilillah melawan penjajahan Belanda. Sang Jendral tersebut mengutip salah satu Hadit Nabi ” Insjafilah! Barangsiapa mati, padahal (sewaktoe hidoepnja) beloem pernah toeret berperang (membela keadilan) bahkan hatinya berhasrat perang peon tidak, maka matilah ia diatas tjabang kemoenafekan,”
Tepatnya 64 Tahun yang lalu, dikumandangkanya teks proklamasi oleh Soekarno untuk memperoleh pengakuan kemerdekaan Indonesia di mata Internasional, khususnya para imperialisme seperti Belanda dan Jepang. Lagi-lagi Umat Islam membawa pengaruh yang besar dalam proklamasi tersebut, karena sang proklamator terlebih dahulu meminta restu dari Ulama seperti Abdul Mukti dari Muhamadiyah, Hasyim Asy’ari dari NU, Bahkan sebelumnya sempat mendapat motivasi dari ulama persis yaitu A.Hassan. dari beberapa torehan sejarah ini, dapat disimpulkan bahwa Islam sangat besar pengaruhnya dalam mencapai Kemerdekaan. Citra Islam sangat diterima sebagai inspirasi Jihad para pahlawan negara. Berbeda dengan Citra Islam era reformasi ini yang diidentikan dengan isu teroriss.
Kita, sebagai pelaku sejarah Indonesia pasca kemerdekaan harus bisa menghargai jasa para pahlawan kemerdekaan. Rasa penghargaan itu, diwujudkan dengan terus tumbuhnya Jihad fi Sabilillah dalam rangka menjaga persatuan (ukhuwauh) dan kesatuan Indonesia. Ber-Jihad dengan membangun peradaban Indonesia yang maju dan madani berlandaskan ” Rahmat tuhan yang maha esa dan kuasa” karena Islam adalah Rahmatan lil Alamin. Jihad dalam pengertian besungguh-sungguh dalam segala aktifitas. Ar-Raghib mengartikan jihad adalah mencurahkan segala daya/kekuatan untuk menghadapi musuh.
Dalam Jihad ada beberapa tingkatan. Pertama, Jihad Nafsi yaitu berjihad melawan nafsu yang membawa kepada keburukan (Nafsus-Saiyiiah) menuju kepada kebaikan (Nafsul-Mutmainnah). Dalam surat Al-Hajj ayat 78 disebutkan ”Dan berjihadlah dijalan Allah sebenar-benarnya... .”Perintah berjihad juga disebutkan Dalam surat Al-Furqan 52 dan Al-ankabut 69. Dalam hadits Nabi riwayat Baihaqi bahwasanya telah datang kepada Nabi satu kaum yang selesai berperang. Nabi berkata : ”kalian telah tiba dari jihad ashgar menuju jihad akbar.” ditanyakan kepada Nabi : ”Apa yang dimaksud jihad akbar itu?’ Nabi menjawab : seseorang hamba memerangi dirinya sendiri.” Jihad melawan nafsu ini berperang melawan kemalasan dan kebodohan dalam diri. Ber-Jihad melawan rasa kantuk untuk melaksanakan shalat subuh. Berjihad melawan keluh-kesah dan putus asa dalam menghadapi hidup.
Kedua, berjihad melawan syaitan. Berjihad melawan bisikan berupa keinginan, syahwat, subhat dan keraguan yang menodai iman. Iblis dan Syiathan merupakan penjajah utama keimanan kita dari mulai Nabi Adam sampai manusia akhir zaman. Mereka akan datang dari depan, belakang, kiri dan kanan untuk menyesatkan manusia dari jalan yang benar. Mereka mendapatkan kekuatan untuk panjang usia sampai hari kiamat untuk menakhlukan manusia. Orang yang merdeka dari penjajah syetan adalah orang yang ikhlas dan istikomah, sebagaimana mereka takluk pada Ibrahim dan Ismail ketika menggoda untuk tidak melaksanakan perintah Allah.
Ketiga, Berjihad melawan Munafik. Dalam Surat At-Taubah ayat 73 Allah Berfirman ”Hai Nabi, Berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat kembali mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya”. Ibnu Abbas r.a. berkata : ”Jihad melawan orang kafir dengan pedang, dan jihad melawan orang munafik dengan lisan, yakni dengan hujjah dan Burhan (ar-raghib). Dalam Al-Maraghi dinyatakan bahwa Rasulullah bersabda :”Di antara umatku terdapat 12 orang munafik. Mereka tidak akan masuk surga, dan sama sekali tidak akan mencium wanginya surga sampai unta bisa keluar dari lubang jarum”.
Keempat, Berjihad melawan Kafir. Orang-orang kafir baik dari ahli kitab maupun musyrikin tidak akan ridha sampai kita mengikuti millah mereka. Orang-orang kafir telah memerangi kita baik secara fisik seperti di Irak dan Afganistan ataupun secara pemikiran, tingkah laku serta budaya. Istilah perang pemikiran sering disebut dengan ghazwul-fikri. Mereka telah menjajah dengan ilmu yang mereka miliki untuk menguasai negeri-negri muslim secara politik dan ekonomi. Di indonesia, contohnya banyak aset negara yang menjadi cengkraman asing. Berjihad kepada kaum kuffar Dzimmi seperti itu harus kita lawan dengan ilmu pengetahuan juga, bukan dengan teror BOM sebagaimana falsafah teroris. Nasionalisme kita betul-betul dibuktikan dengan merdeka dan mandiri dari ketergantungan terhadap asing yang tidak menguntungkan. Berjihad melawan kafir ada empat tingkatan yaitu dengan hati, lisan harta dan jiwa. Berjihad dalam arti Berperang tidak dilakukan kepada kafir dzimmi tetapi dilakukan kepada kafir yang menyerang secara fisik yang disebut dengan kafir harbi. Itu juga atas perintah amirul-mukminin dalam suatu wilayah dan kondisi yang diharuskan perang.
Itulah diantara renungan yang harus kita ambil hikmah dari perjuangan kemerdekaan ini. Tentunya, rasa syukur kita panjatkan atas nikmat kemerdekaan sebagai buah jihad dari para pahlawan. Rasa syukur itu kita manfaatkan dengan meneruskan perjuangan jihad kepada kesejateraan dan kemakmuran bangsa. Disamping perayaan dengan kegiatan-kegiatan kreatifitas dan perlombaan hendaknya tidak diwarnai dengan kemaksiatan dan perjudian. Perayaan kemerdekaan ke 64 ini, setelah sekian lama penulis pertama kalinya melaksanakan upacara di Lapangan Bola dekat rumah dengan melihat berbagai pertunjukan. Ada yang diisi dengan singa depok, peralatan perang maupun simulasi teroris yang sedang hangat-hangatnya menjadi isu permasalahan Indonesia saat ini. Kegiatan perayaan nasional Indonesia tahun ini diisi dengan pemecahan rekor dunia yaitu Sail Bunaken. Acara ini melibatkan 2818 penyelam dari berbagai element yaitu TNI dan masyarakat nasional dan internasional dengan tujuan memperkenalkan Laut Bunaken yang terkenal keindahan bawah lautnya. Harapan penulis, bangsa yang besar ini perlu mujahid-mujahid kreatif dalam menyumbangkan peradaban Indonesia menuju masyarakat madani. Wallahu a’lam.

*Penulis Mahasiswa UPI Jurusan Administrasi Pendidikan
Kader Pemuda Persis Cabang Pameungpeuk, Bandung

Senin, 13 April 2009

Need Assesment Diklat bagi Guru

Oleh
Ihsan Kamaludin*

”Untuk menghadapi zaman globalisasi ini guru harus bisa cerdas menghadapi kemajuan zaman. Maka dari itu, program diklat sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas guru-guru Indonesia”

Guru, merupakan ujung tombak pendidikan harus selalu bisa melakukan perbaikan dan perubahan dengan profesinya. Ditunjang dengan janji pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru sejalan pula pola pembinaan untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. Program sertifikasi dan uji komptensi merupakan upaya untuk meningkatkan kulitas guru, tetapi program diklat ini seharusnya dilakukan oleh semua pihak, terutama kepala sekolah.
Sebagai pimpinan di lembaga pendidikan, kepala sekolah dituntut untuk mengembangkan kompetensi kemitraanya untuk bisa memberikan layanan peningkatan kualitas mengajar guru. Dalam Permendiknas disebutkan bahwa guru harus mempunyai kompetensi profesional, kompetensi paedagogik,kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Untuk mewujudkan kompetensi tersebut diupayakan program diklat bagi guru untuk meningkatkan kualitasnya dengan mengembangkan kemitraan sekolah. Pertama, Untuk meningkatkan kompetensi profesisional upayakan diklat sesuai dengan guru mata pelajaran. Kepala sekolah bisa berkoordinasi dan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan atau lembaga-lembaga diklat yang relevan seperti P4TK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan) ataupun yang diadakan organisasi keguruan sepeti KKG (klompok Kerja Guru) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
Kedua, untuk meningkatkan kompetensi paedagogik yakni bagaimana guru bisa memahami kurikulum,manajemen peserta didik,dan Metode Pembelajaran bisa bekerja sama dengan LPTK-LPTK yang kompeten menyelengarakan diklat paedagogik. Tidak sedikit guru yang mengalami kesulitan dalam memahami perubahan Kurikulum serta kendala-kendalanya. Banyak pula guru menemui kesulitan dengan prestasi peserta didiknya dalam pross pembelajaran. Maka dari itu, dengan diberikan diklat bagi guru dalam bidang paedagogik setidaknya menjadi motivasi untuk meningkatkan kualitas mengajarnya.
Ketiga untuk meningkatkan kompetensi kepribadian sekolah bisa bekerja sama dengan Lembaga ESQ (Emosional Spiritual Quietionts) untuk mengadakan diklat kepribadian. Ataupun, bisa mengadakan program kerohanian dalam meningkatkan kualitas kepribadian guru. Seorang guru merupakan contoh bagi siswa-siswanya. Ada pepatah mengatakan”guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Jika kepribadian guru baik maka kepribadian itu harus diterapkan dan diajarkan kepada peserta didiknya.
Untuk meningkatkan kompenetsi sosial, hendaknya dipupuk rasa empati dan simpatik kepada masyarakat sekitar. Guru merupakan figur siswa maupun masyarakat yang ditempatinya. Maka guru harus berperan dalam menjaga ketertiban dan keindahan lingkungan masyarakat. Rasa peduli dan kasih sayang terhadap kaum dhuafa harus ada dalam jiwa sang pahlawan pendidikan itu. Ataupun kepada siswa itu sendiri jika ada yang tidak mampu hendaknya bisa dibantu oleh guru yang merasa berkecukupan dan berkelebihan untuk meringankan biaia sekolahnya.
Itulah beberapa sumbangsih penulis bagi kemajuan guru-guru kita. Jadi bukan hanya kita perjuangkan kejehateraan saja bagi guru tapi peningkatan kualitas secara komprehensif. Tulisan Ini tidak hanya untuk pimpinan pendidikan tapi menjadi rekomendasi Caleg bila sudah menjadi Anggota Legislatif agar memprioritaskan anggaran kesejahteraan dan profesionalisme guru indonesia.

* Penulis Guru TIK SMP PGRI Pameungpeuk,Bandung

Rabu, 08 April 2009

KEPEMIMPINAN GURU DALAM MENGAJAR

Oleh

Ihsan Kamaludin*

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabanya”, Begitulah dalam ajaran Islam diajarkan bahwa kita semua adalah pemimpin. Bagi seorang suami tentu ia pemimpin bagi istri dan anak-anaknya. tetapi, kebanyakan orang tidak mengerti apa itu kepemimpinan, Termasuk guru sebagai seorang pendidik. Apakah guru itu sadar bahwa ia adalah sorang pemimpin bagi murid-muridnya?dan pertanyan terakhir bagaimana guru menjadi pemimpin yang baik bagi murid-muridnya.

Pemimpin adalah seorang yang dapat memberi pengaruh dengan power yang ia miliki. Dampak dari pengaruh tersebut dapat membuat orang lain patuh dan taat terhadap perintahnya. Power tersebut bisa berupa kakuasaaan atau legaliatas bahwa ia seorang pemimin dalam hirarki organisasi. Seorang guru merupakan pemimpin karena ia dalam hirarki pemimpin dalam institusi sekolah secara langsung terhadap murid-muridnya.

Guru juga berperan sebagai manajer yang harus mengelola muridnya agar tujuan murid atau kelas dapat tercapai secara efektif dan efisien. Guru harus mampu dalam tiga konsep dan keterampilan dalam perencanaan, pengorganisasian serta evaluasi kegiatan belajar mengajar. Perencanaan kegiatan belajar mengajar dituangkan dalam Rencana Progran pengajaran (RPP). Pengorganisasian pembelajaran dimanifestasikan dalam penjadwalan materi pelajaran sedangkan evaluasi pembelajaran bisa berupa test tertulis maupun praktik dalam menguji sejauh mana murid berhasil dalam menerima pelajaran. Ketiga unsur manajerial tersebut digerakan oleh kepemimpinan.

Ada empat tipe kepemimpinan yang banyak dikenal. Tipe Pertama, kepemimpinan otoriter, kepemimpinan tipe ini cenderung memaksakan kehendak pemimpin dalam membuat keputusan tanpa ada peluang untuk anggota memberikan kontribusi. Jika pemipin mengakatan A maka angota tidak boleh mengatakan B harus taat dan patuh. Kepemimpinan ini bersifat komando dan banyak digunakan dalam kepemimpinan militer. Guru yang bertipe ini biasanya hanya ingin muridnya mengerti, memberikan banyak tugas, terkadang keras dalam mendidik muridnya, monolog dan jarang memberikan peluang pertanyaan pada muridnya.

Tipe kedua, kepemimpinan Laises-faire yaitu tipe kepemimpinan menganggap bawahanya sudah dewasa dan bisa mengembangkan dirinya, Bahkan yang masa bodoh terhadap bawahanya. Terkadang ada guru yang bertipe seperti ini yaitu ketika ia mengajar telah menganggap muridnya pintar dan terus memberikan materi tanpa memahami apakah muridnya bisa menyerap pelajaran dengan baik atau tidak.

Tipe Ketiga, Kepemimpinan Demokratis. Kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe otoriter. Jika kepemimpinan otoriter bersifat diktator dan memaksakan kehendak, maka sifat ini bisa terbantu dalam membuat keputusan dengan bantuan bawahanya. Jadi, bawahan berpartisipasi aktif dan pimpinan mengakomodir mana saran-saran yang dapat dijadikan alternatif keputusan. Jika ada tipe ini pada kepemimpinan guru dalam mengajar maka ia bisa memberikan kesempatan muridnya untuk bertanya, memberikan masukan pembelajaran yang baik dan menggunakan metode diskusi dalam memahami pelajaran di kelas.

Tipe keempat adalah tipe kepemimpinan psedo-demokratis atau demokrasi semu. Tipe ini seolah-olah pemimpin memberikan peluang bawahan dalam mengambil keputusan tetapi tetap dia sendiri yang harus diterima keputusanya. Tipe otoriter masih melekat pada dirinya tetapi dikemas dalam suasana demokratis. Seorang guru bertipe psdo-demokratis hanya bisa mengakomodir diskusi siswa tetapi selalu didominasi dan dikuasai oleh guru tersebut sehingga saran konstruktif dari siswa terhadap pembelajaran tidak diterima.

Itulah tipe-tipe kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar. Tentunya, tipe yang ideal adalah kepemimpinan dengan pendekatan teori situasional. Artinya, seorang pemimpin harus bisa membaca situasi kapan ia harus otoriter dan kapan ia harus demokratis. Sedangkan tipe laises-faire tidak dianjurkan ada dalam kepemimpinan seorang guru. Karena jika laises-faire ada dengan terlalu mengangap murid telah dewasa maka tidak ada gunanya penilaian terhadap murid mana yang sudah dewasa dan mana yang harus ditingkatkan. Tipe Tersebut bisa ditambahkan sikap uswah (Tauladan) dari Rasulullah yang dinilai sukses dalam praktik kepemimpinan dengan sifat STAF yakni Shidik (jujur), Tabligh (Komunikator), Amanah (Kredibel) dan Fathonah (Cerdas).

* Penulis Guru TIK SMP PGRI Pameungpeuk Bandung


Senin, 02 Maret 2009

BELAJAR DARI PEMBANGKANGAN BANI ISRAEL

By : Ihsan Kamaludin

PENDAHULUAN
Masalah Israel bukan merupakan permasalah baru, namun bukan pula untuk dilupakan. Betapa tidak begitu kejamnya Zionis membantai habis lebih dari ribuan nyawa di bumi Palestina sehingga menamcap kekuasaanya secara defakto dan dejure. Pantaslah Rasulullah menafsirkan AL-Maghdub (orang yang dimurkai) adalah gelar untuk mereka. Secara historikal mereka tidak luput dari pembangkangan terhadap Allah, yang digambarkan dalam Al-Quran. Dalam tulisan ini, akan dibahas mengenai siapa itu Israel, dan Yahudi, bagaimana pembangkangan mereka serta Azdab Allah yang turun disertai pengaruhnya untuk memurtadkan keyakinan kita

MAKNA BANI ISRAEL
Kata إسرائيل tersusun dari إسرا = عبد hamba, ئيل = الله , jadi artinya
“hamba Allah” Al-Maraghi mengemukakan ( Jilid 1, 98) , إسرائيل ialah laqab atau sebutan bagi Nabi Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahiem as. yang berarti صفي الله , hamba Allah yang bersih, atau الأمير المجاهد pemimpin yang berjihad, sedangkan بنوه (anaknya), yaitu keturunannya yang 12 orang.
Berbicara Bani Iaraiel, akan terkait dengan nasab awalnya, Ibrahiem as..Yaitu dari Isrtinya “ Hajar “ lahir Ismaiel as. Firman Allah فبشّرنه بغلام حليم al-Shafat: 102. Mushtafa ‘Inani (1916: 6) menyebutkan بنو إسماعيل ini yang jadi bangsa Arab ( al-arab al-murta’ribah)., yang selanjutnya menjadi Arab al-Muhadditsun / moderan.
 Dari Istri Ibrahiem, Sarah yang disebut aqir (mandul), punya anak bernama Ishaq. Kemudian Ishaq punya anak Yaqub, dia disebut (Israel) إسرائيل, dari sini melahirkan keturunannya yang disebut bani Israiel. Dengan keterangan di atas, maka Bani Israeil dengan Bani Ismaiel ( bangsa Arab) awalnya bernasab yang sama yaitu Ibraheim, hanya berbeda Ibu; Bani Ismaiel dari Hajjar, sedangkan Bani Israiel dari Sarah.
Dari Bani Israiel dilahirkan banyak nabi antara lain : Yusuf as, Musa, as. Harun as. Dawud as, Sulaiman as, Yunus as, Zakaiya as, Yahya as, dan ‘Isa as, yang merupakan Nabi dan Rasul Allah yang terakhir dari Bani Israeil. ( Abdu al-Wahab al-Najjar : Kissa al-Anbiya).
Kata اليهود menurut al-Raghib al-Ashfahani ( tt: 544) berakar dari هود – الهود artinya الرجوع برفق kembali dengan kelembutan/ kasih sayang. Kata الهود dalam ta’aruf / pergaulan berarti التوبة bertaubat. Kata يهود asalnya diambil dari firman Allah Swt dalam al-A’raf : 156 و اكتب لنا في هذه الدنيا حسنة و في الآخرة إناّ هدنا إليك , kata هدنا إليك artinya تبنا إليك kami bertaubat kepadamu.. Kata tersebut pada awalnya merupakan “pujian”. Kemudian setelah penghapusan syariat mereka menjadi nama bagi mereka “bangsa Yahudi” sekalipun tidak mengandung arti “pujian / المدح “. Bahkan lebih terkesan akan kenegatipannya.
Selanjutnya Yahudi adalah nama satu suku bangsa dari bangsa Bani Israeil. Bani Israeil terdiri atas dua belas suku bangsa, diantaranya : Yahudi keturunan Yahod/Yahuzda anak Israel.( A.D.EL.Marzdedeq: 2002, 2)  


PEMBANGKANGAN BANI ISRAEL PADA ZAMAN NABI YA’KUB
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa bani Israel adalah keturunan Nabi Ya’qub yang berjumlah 12 (Al-Asbaath) termasih di dalamnya Nabi Yusuf.. Pada awal kelahiran samapi beranak dewasa Nabi Yusuf hidup damai berdampingan dengan saudara-saudarnya, tetapi lama-kelamaan timbul rasa iri dan dengki terhadap Nabi Yusuf, dikarenakan Nabi Ya’kub merasa pilih kasih. Akhirnya karena kecemburuan buta maka mereka berniat untuk menjauhkanya dari Nabi Ya’kub. Ada yang mengusulkan Nabi Yusuf untuk dibunuhh, tetapi atas kecerdasan otak anak Nabi Ya’Kub bernama Yahudza mengusulkan agar membuangnya ke sumur. Jika dibunuh maka selain dosa maka rasa insan mulia dan benci akan menimpa AL-Asbaath karena kemarahan Nabi Ya’kub, begitu usul dari Yahudza. 
Terlaksanalah usul Yahudza yang dispakati sudara-sauda Nabi Yusuf tersbut untuk membuang kedalam sumur. Agar tidak menimpa kemarahan Nabi Ya’kub mreka membuat baju Yusuf berlumuran darah seolah-olah Nabi Yusuf telah dimakan Serigala. Tetapi sungguh mereka mengelabui suatu hal yang pasti Allah Akan membalas perlakuan mereka. Dan akhirnya, mereka dipertemikan dengan Yusuf yang sudah dewasa menjadi bendaharawan Raja Di Mesir. Rasa sesal dan malu telah Bani Israel Rasakan ketika Nabi Yusuf yang pernah mereka jauhkan dengan Bapaknya menjadi seorang mulia dimata masyarakat. bani Israil beserta Nabi Ya’kub Pindah ke meshir dan hidup dengan tenang,.
Dalam Al-Qur’an Allah Swt. telah mengadakan perjanjian dengan Bani Israeil, di antara perjanjian itu: Perjanjian di saat nabi Ya,qub akan meninggal dunia, yaitu mereka berjanji tidak akan beribadah selain kepada Allah,dan akan menjadi muslim. Dalam al-Baqarah:133


PEMBANGKANGAN BANI ISRAEL PADA ZAMAN NABI MUSA
Setelah berketurunan dan berdampingan dengan Kekuasaan Meshir speniggal Nabi Yusuf ternyata penyakit iri dengki mnghinggapi penguasa meshir. Mereka menganggap bani Israel sebagai ancaman kekuasaan mesir sehingga menjadikannya buda-budak hina. 
Karena kekejaman Firaun yang tak terkira terhadap bani Israel, Allah SWT telah mengirim nabi Musa (Moses) AS masa itu, dan memerintahkannya untuk membawa bani Israel keluar dari Mesir. Musa AS dan kaumnya meninggalkan Mesir, dengan pertolongan mukjizat Allah, sekitar tahun 1250 SM. Mereka tinggal di Semenanjung Sinai dan timur Kanaan. Dalam Al-Qur'an, Musa memerintahkan Bani Israel untuk memasuki Kanaan, (Qur'an, 5:21).
Pada masa Nabi Musa, mereka telah mengikat perjanjian dengan Allah; yaitu sepuluh jenis perjanjian: 1) ibadah hanya kepada Allah, 2) berbuat baik kepada kedua orang tua, 3). Berbuat baik kepada kerabat, 4), baik kepada anak yatim, 5) baik kepada orang miskin 6) berkata baik kepada semua orang 7).mengerjakan shalat, 8) mengeluarkan zakat, 9).tidak akan membunuh orang, dan 10). Tidak akan mengusir orang. Ini tercantum dalam al-Baqarah : 83 – 84 : 
Tetapi seiring perjanjian itu, telah terbukti beberapa pembangkanya bani israel terhadap perintah-perintah Allah yaitu :
1. Meminta agar melihat Allah dengan jelas (AL-Baqarah : 55)
2. Membuat Patung anak Sapi kemudian menyembahnya. (Al-A’raf 152)
3. Melawan perintah Allah. (Al-Qur’an ; 58-59)
4. Banyak menuntut dan tidak melaksanakan perintah. Salah satunya pada peristiwa pencarian sapi betina dan tuntutan diberi sayur-mayur,gandum,bawang,dll.
5. Membunuh para Nabi. Diantaranya Nabi Zakariya dan Nabi Yahya dengan cara digergaji. Serta berencana membunuh Nabi Isa Alaihissalam. (Ali Imran : 21)
6. Melanggar hari beribadah pada hari Sabtu. (QS. Al-Baqarah : 65)
7. Menuduh Allah Kikir. (QS. Al-maidah : 64)
8. Makan riba,merampas hak orang lain, dan berbuat zhalim. (QS. An-Nisa : 160-161)
9. Mengubah ayat-ayat Allah yang disesuaikan dengan keinginan mereka. Kitab yang mereka ubah-ubah adalah taurat,(QS. Al-Baqarah 75). Bahkan membuat kitab sendiri yang bernama Talmudz.
10. Selalu bermusuhan dan berbuat keruksakan terhadap umat islam. (QS. Al-Maidah : 64)
Setelah Musa AS, bangsa Israel tetap berdiam di Kanaan (Palestina). Menurut ahli sejarah, Daud (David) menjadi raja Israel dan membangun sebuah kerajaan berpengaruh. Selama pemerintahan putranya Sulaiman (Solomon), batas-batas Israel diperluas dari Sungai Nil di Selatan hingga sungai Eufrat di negara Siria sekarang di utara.
Ini adalah sebuah masa gemilang bagi kerajaan Israel dalam banyak bidang, terutama arsitektur. Di Yerusalem, Sulaiman membangun sebuah istana dan biara yang luar biasa. Setelah wafatnya, Allah mengutus banyak lagi nabi kepada Bani Israel meskipun dalam banyak hal mereka tidak mendengarkan mereka dan mengkhianati Allah.
Setelah kematin Sulaiman, kerajaan yahudi terbelah di utara Israel dengan ibukota Samarria dan Di Selatan Juda dengan ibukota Yerrusalem. Dengan berlalunya waktu Suku yahudi jatuh di bawah Assyurriea dan Babilon atau pergi ke Mesir sebagai pelarian. Ketika raja Perrsia Kyros 539 SM mengizinkan orang Yahudi kembali dari pelarian mereka, banyak orang Yahudi yang tidak kembali, di sinilah mulainya Diaspora.
63 SM Juda dan Israel jatuh ke tangan ornag Romawi dan tahun 70 berhasil menghancurkan pemberontakan Yerusalem dan menghancurkan biara dan Juda.

BANI ISRAEL PADA MASA KINI 
Setelah itu kehidupan orang Yahudi hanya ada dalam pelarian dan pengejaran, baru di kekalifahan Usman, orang Yahudi dapat merasakan kehidupan yang damai dengan membayar pajak perlindungan. Akhir abad ke 19, ditunjang oleh Jewish Colonization Assocation Baron Hirsch, Yahudi dari Eropa Timur berreimigrasi ke Argentina dan membentuk Kolonialisme pertanian, untuk kembali ke Palestina. Ini dimulai tahun 1881.
Pada Tahun 1896 Theodor Herzl kelahiran Budapest membuat Negara Yahudi. Tujuannya untuk membuat negara untuk orang Yahudi di Palestina, didukung oleh uang hasil sumbangan dari seluruh orang Yahudi di dunia. Herzl ini juga dikenal pendiri zionisme, yang juga tidak disetujui oleh orang Yahudinya sendiri.
Kini, banyak kaum Yahudi agamis, yang menentang Zionisme, mengemukakan kenyataan ini. Sebagian dari para Yahudi taat ini bahkan tidak mengakui Israel sebagai negara yang sah dan, oleh karenanya, menolak untuk mengakuinya. Negarawan Israel Amnon Rubinstein mengatakan: “Zionisme adalah sebuah pemberontakan melawan tanah air (Yahudi) mereka dan sinagog para Pendeta Yahudi”. (Amnon Rubinstein, The Zionist Dream Revisited, p. 19)
Pendeta Yahudi, Forsythe, mengungkapkan bahwa sejak abad ke-19, umat Yahudi telah semakin jauh dari agama dan perasaan takut kepada Tuhan. Kenyataan inilah yang pada akhirnya menimpakan hukuman dalam bentuk tindakan kejam Hitler (kepada mereka), dan kejadian ini merupakan seruan kepada kaum Yahudi agar lebih mentaati agama mereka. Pendeta Forsythe menyatakan bahwa kekejaman dan kerusakan di bumi adalah perbuatan yang dilakukan oleh Amalek (Amalek dalam bahasa Taurat berarti orang-orang yang ingkar kepada Tuhan), dan menambahkan: “Pemeluk Yahudi wajib mengingkari inti dari Amalek, yakni pembangkangan, meninggalkan Taurat dan keingkaran pada Tuhan, kebejatan, amoral, kebiadaban, ketiadaan tata krama atau etika, ketiadaan wewenang dan hukum.” (Rabbi Forsythe, A Torah Insight Into The Holocaust, )
Zionisme, yang tindakannya bertentangan dengan ajaran Taurat, pada kenyataannya adalah suatu bentuk fasisme, dan fasisme tumbuh dan berakar pada keingkaran terhadap agama, dan bukan dari agama itu sendiri. Karenanya, yang sebenarnya bertanggung jawab atas pertumpahan darah di Timur Tengah bukanlah agama Yahudi, melainkan Zionisme, sebuah ideologi fasis yang tidak berkaitan sama sekali dengan agama
Gertakan Zionisme dan Freemasonry di seluruh dunia sesungguhnya memiliki asas yang sama. Asas dari dua gerakan ini disebut “Khams Qanun”, lima sila, atau Panca Sila. Kelima Sila itu adalah :
1. Monotheisme : Kesatuan Tuhan (Ketuhanan yang Maha Esa) Hendaklah bangsa Yahudi bertuhan dengan Tuhannya masing-masing dan merupakan kesatuan gerak. Maka hai orang-orang atheis dan bebas agama di kalangan bangsa Yahudi hendaklah engkau pun bertuhan dengan tuhanmu sendiri bukankah alam pun tuhanmu dan bukankah kudrat alam pun tuhanmu juga? Kalian berlainan agama, kalian berlainan keper-cayaan, kalian berlainan keyakinan, tetapi kalian harus bersatu dan gunung zionisme telah menan-timu. Hendaklah kalian tenggang menenggang, hormat menghormati hai Yahudi seluruh dunia !
2. Nasionalisme - Kebangsaan :Berbangsa satu bangsa Yahudi, berbahasa satu bahasa Yahudi dan bertanah air satu tanah air Yahudi Raya (Israel Raya).
3. Humanisme : Kemanusiaan yang adil dan beradab berlakulah, janganlah kalian menjadi peniru bangsa Babilon yang telah membuangmu, tetapi bagi luar bangsamu dan yang hendak mem-binasakanmu, kalian adalah bangsa besar dan engkau pun jika keperluanmu mendesak ber-lakulah Syer Talmud baginya, seperti nyanyian Qaballa berbunyi : “Taklukanlah mereka, binasakanlah mereka akan mengambil hakmu, engkau adalah setinggi-tinggi bangsa seumpama menara yang tinggi. Gunakanlah hatimu ketika menghadapi sauda-ramu, karena mereka itu keturunan Yaqub, ketu-runan Israel. Buanglah hatimu ketika menghadapi lawanmu karena mereka itu bukan sekali-kali saudaramu, mereka adalah kambing-kambing perahan dan harta mereka adalah hartamu, rumah mereka adalah rumahmu, tanah mereka adalah tanahmu.”(Syer Talmud Qaballa XI :45)
4. Demokrasi : Dengan cahaya Talmud dan Masna dan segala ucapan imam-imam agung bahwa telah diundangkan “Bermusyawarahlah dan berapatlah dan berlakulah pilihan kehendak suara banyak itu karena suara banyak adalah suara Tuhan!”
5. Sosialisme : Keadilan sosial yang merata pada masyarakat Yahudi, sehingga setiap orang Yahudi menjadi seorang kaya raya dan menjadi pimpinan dimana pun ia berada, dan menjadi protokol pembuat program. Dalam Nyanyian Qaballa Talmud dikatakan : “Dengan uang kamu dapat kembali ke Yudea, ke Israel karena agama itu tegak dengan uang dan agama itu uang, sesungguhnya wajah Yahwe sendiri yang tampak olehmu itu adalah uang! Cintailah Zion, cintailah Hebran, cintailah akan Yudea dan cintailah seluruh tanah pemukiman Israel, karena engkaulah bangsa pemegang wasiat Hebran tertua yang berbunyi :”Cinta pada tanah air itu sebagian dari iman!” (XL : 46)

PENUTUP :REFLEKSI PEMBELAJARAN
Dari pembahasan singkat diatas kita harusnya bisa merenung apakah kita termasuk sifat-sifat keisraelan atau keyahudian yang selalu membangkang perintah Allah. Bahkan masuk kedalam perangkap zionis yang menginginkan kita jauh dari ajaran islam. Zionis dengan gerakan fremansonrinya mengingikan umat islam agar tergiur dengan materialisme semu, dan anti Tuhan. Tidak sedikit umat islam kita terjebak dalam perangkapnya dengan rumus 4F yaitu FUN, FREE SEKS, FASHION, And FOOD.
Yahudi dan zionis masa kini kecil popularitasnya tetapi sangat berpengaruh hegomoninya di dunia ini. Dalam Atlas of The World's Religions, disebutkan jumlah pemeluk agama Yahudi 15.050.000. Pemeluk Islam adalah 1.179.326.000, dan pemeluk Kristen 1.965.993.000. (Ninian Smart, Atlas of The World's Religions, (New York: Oxford University Press, 1999). CM Pilkington, dalam bukunya, Judaism, malah menyebut jumlah Yahudi hanya 13 juta. Mereka kini tersebar utamanya di 10 negara, yaitu USA (5.800.000), Israel (5.300.000), Bekas Uni Soviet (879.800), Perancis (650.000), Kanada (362.000), Inggris (285.000), Brazil (250.000), Argentina (240.000), Hongaria (100.000), dan Australia (97.000). (Lihat, Pilkington, Judaism, (London: Hodder Headline Ltd., 2003).
Kenapa mereka begitu kuat dan kita begitu lemah???ketika dalam diaspora dan ketertindasan kaum yahudi mampu bangkit dari keterpurukan dan melakukan peningkatan intelektual di berbagai bidang. Tahun 2003 lalu, saat pembukaan KTT Organisasi Islam di Kuala Lumpur (16/10/2003), Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad kala itu juga sudah mengingatkan bahaya kekuasaan Yahudi di dunia. Mahathir mengajak umat Islam untuk melihat sejarah, bagaimana bangsa kecil yang ditindas dimana-mana selama ribuan tahun itu kini bisa menguasai dunia. 
Dalam pidatonya tersebut, Mahathir Mohammad sebenarnya lebih menekankan, agar umat Islam belajar dari sejarah Yahudi. Bagaimana bangsa kecil yang mengalami penindasan selama ribuan tahun ini, berhasil survive (selamat) dan bahkan kemudian menjadi salah satu kekuatan dunia (world power). Ia menekankan, bahwa Yahudi selamat, lebih karena menggunakan “otak”, dan bukan hanya kekuatan fisik. “Muslims were up against people who think; people who survived 2000 years of pogroms not by hitting back, but by thinking.” 
Yahudi, menurut Mahathir, mampu keluar dari keterpurukannya karena mereka menggunakan akalnya. Tapi, kita paham, bahwa akal saja tidaklah cukup. Yang penting juga adalah aqidah dan akhlak. Islam akan mampu meraih kemenangan jika mampu memadukan dua unsure yang tepat dalam perjuangan, yaitu kecerdasan dan keikhlasan. Betapapun hebatnya akal yang kita punya, betapa pun jitunya strategi yang kita terapkan, jika tidak dilakukan dengan keikhlasan, maka kemenangan pun tidak akan kunjung tiba. Keikhlasan dalam berjuang inilah yang memungkinkan kita mampu membuang jauh-jauh semangat ashabiyah dan golonganisme di tengah kita.

Jumat, 06 Februari 2009

MENYALAHKAN ORANG LAIN ADALAH SALAH??

MENYALAHKAN ORANG LAIN ADALAH SALAH??

Oleh : Ihsan Kamaludin

Jangan saling menyalahkan orang lain!!!!itulah kata Al-Qur’an ”laa yaskhar qaumun min qaumin assa an-yakuna khairan minhum”(jangan memperolok-olok suatu kaum boleh jadi yang diperolok-olok lebih abik dari mereka). Jadi tinggal pilih ingin mengikuti Al-Qur’an atau mengikuti ulama yang sesat???”. Begitulah kira-kira kutipan dari ceramah seorang mubaligh yang peulis dengar. Ada lagi kalimat lain seperti “jangan saling menyalahkan telunjuk yang bergerak-gerak dengan yang tidak, karena Allah tidak akan melihat hal-hal kecil seperti itu”. Spontan membuat mustami’ kaget sekaligus tegang termasuk pernulis. Sebuah ceramah yang berapi-api dan penuh semangat dengan mengambil tema hakikat perpecahan dalam Islam di sebuah pengajian umum.

Inti dari ceramah tersebut mengungakpkan perpecahan dalam islam disebabkan karena saling menyalahkan bahkan menyebutkan ulama suu (ulama jahat) yang saling menyalahkan dalam hal ibadah seperti qunut, taraweh, yasinan,dll. Penceramah tersebut brgelar Lc dan MA yang menunjukan lulusan timur tengah. Bila ada yang menentang atau yang menyalahkan tinggal ditanya saja berapa kitab yang dia baca. Salah satu contoh Shahih Bukhari yang berjumlah 4 Kitab di kita rata-rata hanya dibaca ringkasanya saja sedangkan yang aslinya ada 600 ribu kitab.

Sedikit mengelitik pemikiran penulis yang ingin menangapi ceramah tersebut lewat tulisan ini. Sebuah tanggapan yang masihdalam proses pembelajaran namun ada beberapa yang seolah bertentangan dengan apa yang menjadi sumber kita yakni Al-Qur’an dan yang kedua yaitu As-Sunnah sesuai dengan yang penulis dapati di pesantren. Pertama, mengambil kesimpulan haram hukumnya (tidak boleh) menyalahkan bahkan memperolok-olok orang lain seperti dalam Surat Al-Hujurat ayat 11 yaitu :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.

Jika melihat tafsir Imam Al-Maraghi arti Sukhriyah : adalah mengolok-olok, menyebut-nyebut aib dan kekuarangan-kekurangan orang lain yang menimbulkan tawa. Jadi yang dimaksud Sukhriyah yang dilarang ini adalah memperolok-olok, menghina aib dan kekurangan fisik orang lain bukan menyalahkan orang yang selalu menyalahkan ibadah orang lain. Sebagaimana At-Tirmizdi meriwayatkn bahwasanya Aisyah pernah menyembutkan Shafiyah Sorang wanita...Sambil memperagakan dengan tanganya sedemikian rupa maksudnya bahwa shafiyah itu pendek. Maka Rasul saw. Bersabda, ”sesungguhnya kamu telah mencampur suatu kata-kata yang sekiranga dicampur dengan air laut, tentu akan bercampur seluruhnya”

Jika muslim menyalahkan atau menasehati orang lain yang benar-benar salah artinya tidak sesuai dengan syariat, maka disitulah justru ada kewajiban dakwah. Dengan dakwah ini kita menjadi Istiqamah dalam kebenaran. Sesuai dengan Surat Al-Ashr agar kita tidak rugi dunia akhirat harus saling bertaushiah dalam kebenaran dan kesabaran.Bahkan diperintah untuk amar makruf nahi munkar dan dilarang berpecah seperti dalam Surat Ali-Imran 104 & 105

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung.

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,

Dalam Hadits Rasulullah menyatakan bahwa baransiapa melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangan (kekuasaan), apabila tidak bisa maka rubahlah dengan lisan,apabila tidak mampu rubahlah dengan hati dan itulah selemah-lemah imanya. Inilah tugas muslim untuk saling menyampaikan kebenaran dari Allah dan rasulnya sebagai Ballighu anni walau ayatan (penyampai risalah rasul walaupun satu ayat).

Kedua, mubaligh tersebut menyatakan bahwa Allah tidak akan melihat hal-hal kecil seperti mengerak-gerakan telunjuk ketika sholat. Inilah merupakan hemat penulis kalimat yang menafikan kekuasaan Allah sebagai maha melihat. Dalam Al-Qur’an berkali-kali diungkapkan bahwa Allah maha melihat apa yang kita kerjakan. Walau sekecil apapun amal kita pasti akan dipertangungjawabkan di hadapan Allah Swt. Disebutkan dalam surat Al-Zalzalah sebsar dzarah pun amal buruk dan amal baik kita akan diganjar dengan setimpal. Bahkan Sabda Nabi lebih tegas lagi dengan mengatakan barang siapa yang beramal selain apa yang di perintahkan (dicontohkan) maka amal itu tertolak. Naudzubillahi mindzalik

Dari tanggapan ini, penulis bukan hendak memperbesar perpecahan. Namun, hendaknya kita kembali mentafakuri hakikat umat zaman ini. Kita sedang dilanda krisis ukhuwah akibat dari kurangnya pemahaman terhadap Al-Quran dan As-Sunnah dengan benar. Padahal Dalam Surat Ali-Imran 103 telah mengisyaratkan pada kita agar berpengang teguh kepada tali Allah (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dan jangan bercerai berai. Memang di dalam umat ini, ada beberapa golongan yang mengklaim paling benar dan intolelir terhadap pendapat orang lain. Padahal imam mazdhab seperti Imam Malik, Hanafi, Syafi’i dan Hambali tidak menganggap pendapat mereka paling benar dan menyalahkan pendapat yang lain. Kesimpulan mereka adalah yang paling kuat argumentasinya berdasarkan ijtihad syar’i (sesuai dengan qur’an dan sunnah) silahkan ambil dari madzhab manapun serta adanya saling menghargai pendapat. Tetapi juga membiarkan umat terlalu bebas berpendapat dan menjadi liberal buta dapat memicu perpecahan umat. Oleh karena itu Lebih baik kita kaji lagi summber pegangan al-qur’an dan As-Sunnah sebagai alat penyelamat dari kesesatan akhir zaman. Wallahu a’lam

PALESTINA DAN MANDULNYA UKHUWAH ISLAMIYAH

PALESTINA DAN MANDULNYA UKHUWAH ISLAMIYAH

Collected By :Ihsan Kamaludin*

Pada Akhir tahun 2008 kita dikejutkan oleh petasan-petasan fosfor tentara Israel yang dilarang internasional di daerah Gaza. Perperangan telah dimulai dan dilancarkan sejak 27 Desember 2008 sampai pertengahan januari 2009 hingga akhirnya mencapai gencatan senjata sepihak. Tak tangung-tangung korban sipil yang tidak seimbang terutama dariwarga Gaza yang mencapai seribu lebih. Dunia Internasional sekalipun telah mengecam kejahatan perang Israel, tetap saja mereka mengabaikan larangan pengunaan perang berbahaya dan membabi buta. Seolah sudah terbiasa dengan hanya kecaman jadi Israel Nyatai-nyantai saja apalagi dengan sengaja mnghancurkan gedung sekolah dan kemanusiaan PBB di Gaza. Dengan dalih menghancurkan teroris seperti Hamas kaum Zionis rela memborbardir darat, laut dan udara kota tersebut sehingga kini kota Gaza sebagian besar hancur infrastrukturnya. Hammas pun telah mengklaim menang setelah Israel mengumumkan gencatan senjata yang merupakan simbol kekalahan, walau kini Gaza harus membangun kembali infrastruktur pasca perang.

Itulah fenomena dunia islam secara macro yang tengah mengalami polemik. Sebuah masalah berkepanjangan yang merasuki tubuh umat Rasul abad 21. permasalahan tersebut penulis identifikasikan dengan keterbelakangan pada aspek sosial dan intelektual dari kaum kaum non muslim. Sebagaimana ditulis ulama moderen bahwa umat ini tertinggal karena meningalkan kitab sucinya sedangkan mereka maju karena meninggalkan kitab sucinya. Terutama rapuhnya ukuwah islamiyah dan lemahnya intelektual muslim.Dalam tulisan ini, penulis ingin mengungkapkan kembali referensi dan litelatur tentang ukhuwah islamiya yang seolah-olah mandul padahal ini merupakan kunci dari kekuatan islam sebagai Diinil-Haq (Agama Yang Benar).

MAKNA UKHUWAH

Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki karakter yang unik, yang berbeda satu dengan yang lain, dengan fikiran dan kehendaknya yang bebas. Dan sebagai makhluk sosial ia membutuhkan manusia lain, membutuhkan sebuah kelompok - dalam bentuknya yang minimal - yang mengakui keberadaannya, dan dalam bentuknya yang maksimal - kelompok di mana dia dapat bergantung kepadanya.

Kebutuhan untuk berkelompok ini merupakan naluri yang alamiah, sehingga kemudian muncullah ikatan-ikatan - bahkan pada manusia purba sekalipun. Kita mengenal adanya ikatan keluarga, ikatan kesukuan, dan pada manusia modern adanya ikatan profesi, ikatan negara, ikatan bangsa, hingga ikatan peradaban dan ikatan agama. Juga sering kita dengar adanya ikatan berdasarkan kesamaan species, yaitu sebagai homo erectus (manusia), atau bahkan ikatan sebagai sesama makhluk Allah.

Islam sebagai sebuah peradaban - terlebih sebagai sebuah din - juga menawarkan bahkan memerintahkan/menganjurkan adanya sebuah ikatan, yang kemudian kita kenal sebagai ukhuwah Islamiah.

Dalam Wawasan Al Qur'an, Dr. Quraish Shihab menulis bahwa ukhuwah (ukhuwwah) yang biasa diartikan sebagai "persaudaraan", terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti "memperhatikan". Makna asal ini memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara.

Sedang makna ukhuwah Islamiah terkadang diartikan sebagai "persaudaraan antar sesama muslim", di mana kata "Islamiah" menunjuk kepada pelaku; dan terkadang juga diartikan sebagai "persaudaraan yang bersifat Islami atau yang diajarkan oleh Islam", di mana di sini kata "Islamiah" difahami sebagai kata sifat. Menurut Imam Hasan Al-Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah

Dalam kajian ini, kedua makna tersebut saya gunakan sehingga ukhuwah islamiah diartikan sebagai "persaudaraan antar sesama muslim yang diajarkan oleh Islam dan bersifat Islami". Dengan definisi yang 'lengkap' ini, pertanyaan what, who dan how tentang ukhuwah Islamiah ini secara general telah terjawab.

Adapun tinjauan Al-Qur’an tentang Hakekat Ukhuwah Islamiyah adalah sebagai berikut :

1. Nikmat Allah (QS. 3: 103)

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

2. Perumpamaan tali tasbih (QS. 43: 67)

Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.

3. Merupakan arahan Rabbani (QS. 8: 63)

Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman)[622]. walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah Telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya dia Maha gagah lagi Maha Bijaksana.

4. Merupakan cermin kekuatan iman (QS. 49: 10)

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." (Al Hujurat:10)

Juga di dalam sebuah hadits dari Ibnu Umar ra yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw bersabda:"Orang muslim itu saudara bagi orang muslim lainnya. Dia tidak menzaliminya dan tidak pula membiarkannya dizalimi."

Dari dalil naqli di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa sesama muslim dan juga sesama mu'min adalah bersaudara, di mana tentunya kesadaran terhadap hal ini akan memberikan konsekuensi berikutnya.

Hal-hal yang menguatkan Ukhuwah Islamiyah:

1. Memberitahukan kecintaan pada yang kita cintai

2. Memohon dido’akan bila berpisah

3. Menunjukkan kegembiraan & senyuman bila berjumpa

4. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)

5. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan

6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu

7. Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara)

8. Memperhatikan saudaranya & membantu keperluannya

9. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya

TAHAPAN IMPLEMENTASI

Dalam rangka mewujudkan ukhuwah Islamiah - bahkan juga dalam rangka menjalin hubungan dalam maknanya yang umum - ada beberapa tahapan konseptual yang perlu diperhatikan. Secara garis besar tahapan tersebut dapat dibagi menjadi:

1. Ta'aruf

Ta'aruf dapat diartikan sebagai saling mengenal. Dalam rangka mewujudkan ukhuwah Islamiyah, kita perlu mengenal orang lain, baik fisiknya, pemikiran, emosi dan kejiwaannya. Dengan mengenali karakter-karakter tersebut,

Dalam Surat Al Hujurat, Allah berfirman:

Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (Al Hujurat:13)

Ta'aruf ini perlu kita lakukan dari lingkungan yang terdekat dengan kita. Dengan keluarga, dengan lingkungan sekolah atau tempat bekerja, hingga berta'aruf dalam komunitas yang lebih luas, seperti dalam komunitas KMII.

2.Tafahum

Pada tahap tafahum (saling memahami), kita tidak sekedar mengenal saudara kita, tapi terlebih kita berusaha untuk memahaminya. Sebagai contoh jika kita telah mengetahui tabiat seorang rekan yang biasa berbicara dengan nada keras, tentu kita akan memahaminya dan tidak menjadikan kita lekas tersinggung. Juga apabila kita mengetahui tabiat rekan lain yang sensitif, tentu kita akan memahaminya dengan kehati-hatian kita dalam bergaul dengannya.

Perlu diperhatikan bahwa tafahum ini merupakan aktivitas dua arah. Jadi jangan sampai kita terus memposisikan diri ingin difahami orang tanpa berusaha untuk juga memahami orang lain.

3.Ta'awun

Ta'awun atau tolong-menolong merupakan aktivitas yang sebenarnya secara naluriah sering (ingin) kita lakukan. Manusia normal umumnya telah dianugerahi oleh perasaan 'iba' dan keinginan untuk menolong sesamanya yang menderita kesulitan - sesuai dengan kemampuannya. Hanya saja derajat keinginan ini berbeda-beda untuk tiap individu.

Dalam surat Al Maidah, Allah berfirman:

Artinya: "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (Al Maaidah:2)

Dalam dalam hadits:

Artinya: "Dan Allah akan selalu siap menolong seorang hamba selama hamba itu selalu siap menolong saudaranya."

Juga dalam hadits Ibnu Umar di atas ("al muslimu akhul muslimi ..."), seterusnya disebutkan bahwa siapa yang memperhatikan kepentingan saudaranya itu maka Allah memperhatikan kepentingannya, dan siapa yang melapangkan satu kesulitan terhadap sesama muslim maka Allah akan melapangkan satu dari beberapa kesulitannya nanti pada hari qiyamat, dan barangsiapa yang meneymbukan rahasia seorang muslim maka Allah menyembunyikanrahasianya nanti pada hari qiyamat.

Dalil naqli di atas memberi encouragement bahkan perintah kepada orang beriman untuk tolong-menolong, yang dibatasi hanya dalam masalah kebajikan dan taqwa. Bentuk tolong-menolong ini bisa dilakukan dengan saling mendo'akan, saling menasihati, juga saling membantu dalam bentuk amal perbuatan. Kalaupun tidak turut berperang, kita dapat ikut menyediakan bekal menghadapi peperangan, misalnya.

Dalam masalah-masalah yang jelas kesalahannya, kita dilarang untuk saling memberikan pertolongan. Contoh ringan yang mungkin pernah kita alami saat masih sekolah, misalnya memberi contekan saat ulangan. Mungkin saat itu kita merasa sungkan untuk menolak memberi 'pertolongan'. Dan contoh yang lebih berat mungkin akan sering kita jumpai seiring dengan semakin dewasanya kita dan semakin kompleksnya permasalahan yang kita hadapi.

Dalam hal ini kita perlu memperhatikan hadits shahih dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah saw bersabda:

Artinya: "Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim atau yang dizalimi." Aku bertanya, "Ya Rasulullah, menolong orang yang dizalimi dapatlah aku mengerti. Namun, bagaimana dengan menolong orang yang berbuat zalim?" Rasulullah menjawab, "Kamu cegah dia agar tidak berbuat aniaya, maka itulah pertolonganmu untuknya."

Jadi kita seharusnya berterima kasih jika ada yang menegur kita, bahkan mencegah kita dengan kekuatan manakala kita sedang berbuat kesalahan.

4.Takaful

Takaful ini akan melahirkan perasaan senasib dan sepenanggungan. Di mana rasa susah dan sedih saudara kita dapat kita rasakan, sehingga dengan serta merta kita memberikan pertolongan. Dalam sebuah hadits Rasulullah memberikan perumpamaan yang menarik tentang hal ini, yaitu dengan mengibaratkan orang beriman - yang bersaudara - sebagai satu tubuh.

Dalam hadits:

Artinya: "Perumpamaan orang-orang beriman di dalam kecintaan, kasih sayang, dan hubungan kekerabatan mereka adalah bagaikan tubuh. Bila salah satu anggotanya mengaduh sakit maka sekujur tubuhnya akan merasakan demam dan tidak bisa tidur."

Unsur pokok di dalam ukhuwah adalah mahabbah (kecintaan), yang terbagi dalam beberapa tingkatan:

Tingkatan terendah adalah salamus shadr (bersihnya jiwa) dari perasaan hasud, membenci, dengki dan sebab-sebab permusuhan/pertengkaran. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, Rasulullah saw bersabda bahwa tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya selama tiga hari, yang apabila saling bertemu maka ia berpaling, dan yang terbaik di antara keduanya adalah yang memulai dengan ucapan salam. Juga dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah saw bersabda bahwa ada tiga orang yang shalatnya tidak diangkat di atas kepala sejengkal pun, yaitu seorang yang mengimami suatu kaum sedangkan kaum itu membencinya, wanita yang diam semalam suntuk sedang suaminya marah kepadanya, dan dua saudara yang memutus hubungan di antara keduanya.

Tingkatan berikutnya adalah cinta. Di mana seorang muslim diharapkan mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri, seperti dalam hadits: "Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri." (HR muttafaq alaihi)

Tingkatan yang tertinggi adalah itsar, yaitu mendahulukan kepentingan saudaranya atas dirinya dalam segala sesuatu yang ia cintai, sesuatu yang untuk zaman sekarang sering baru mencapai tahap wacana. Patut kita renungkan kisah sahabat nabi dalam sebuah peperangan, di mana dalam keadaan sekarat dan kehausan dia masih mendahulukan saudaranya yang lain untuk menerima air.

Juga contoh yang dilakukan oleh shahabat Anshar, Sa'ad bin rabbi' yang menawarkan hartanya, rumahnya, istrinya yang terbaik untuk dimiliki oleh Abdurrahman bin Auf. Dalam hal ini Abdurrahman bin Auf pun berlaku iffah dengan hanya meminta untuk ditunjukkan jalan ke pasar. Kisah-kisah di atas kalaupun belum mampu kita lakukan, minimal kita jadikan sebagai sebuah motivasi awal untuk sedikit lebih memperhatikan saudara kita yang lain.

BUAH UKHUWAH ISLAMIYAH

1. Merasakan lezatnya iman

2. Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi)

3. Mendapatkan tempat khusus di syurga (15:45)

KESIMPULAN

Tidak dapat kita pungkiri bahwa umat Islam dewasa ini tidak dalam keadaan bersatu, baik dalam skala internasional maupun dalam skala nasional. Memang keragaman pandangan dan sikap merupakan sebuah keniscayaan bagi kaum muslimin. (bahkan dalam Al Hujurat:10 di atas, perintah "faashlihu baina akhowaikum" memberikan isyarat bahwa dalam kaum mu'min pun masih memungkinkan terjadinya perselisihan). Adanya ikhtilaf dan perbedaan pendapat pun bukanlah sesuatu yang tabu, kecuali dalam masalah yang pokok dan nash-nash yang qath'i dan disepakati (mis: aqidah).

Keberadaan musuh di luar Islam adalah sebuah fakta yang tidak perlu ditutup-tutupi. Allah pun telah menyebutkannya dalam Al Baqarah:120 tentang tidak ridhonya kaum Yahudi dan Nasrani terhadap umat Islam, hingga umat Islam meninggalkan diinnya dan mengikuti millah mereka. Dan juga permusuhan syetan yang abadi terhadap keturunan Adam.

Terhadap kondisi yang telah jelas - terang-benderang ini - seharusnya umat Islam tidak ragu-ragu lagi dalam bersikap. Apalagi di dalam tahun-tahun terakhir ini, pertentangan-pertentangan ini sering muncul ke permukaan. Dalam skala dunia, mulai dari muculnya thesis Samuel Huntington tentang bentrokan peradaban hingga yang paling mutakhir adalah pencanangan "War on Terrorism" dengan pemaknaan terorisme yang bias. Lengkap dengan aksi-aksi sepihak di berbagai belahan bumi, seperti di Palestina, Bosnia dan Chechnya. Untuk lingkup nasional pun kita masih tetap prihatin dengan konflik yang terjadi antara lain di Maluku dan Poso, yang mudah-mudahan segera memberikan solusi yang terbaik.

Terhadap kondisi ini banyak yang dapat dilakukan oleh kaum muslimin selain sekedar berdiam diri. Untuk kasus-kasus di mana terjadi penindasan umat Islam kita dapat turut membantu dengan do'a kita, dengan dana kita, atau dengan opini yang berusaha kita bentuk. Sambil tentunya tidak lupa kita memperkuat simpul-simpul kekuatan untuk mencegah penindasan di masa mendatang; kekuatan iman, kekuatan ukhuwah, juga kekuatan pendukung lainnya, seperti persenjataan, ekonomi, dll.

Terakhir saya hanya ingin mengajak kita untuk merenungkan ayat berikut:

Artinya: "Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana." (Al Anfaal:63)

Semoga Allah menyatukan hati-hati kita, menjadikan kita saling mencintai karena Dia; sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi Rasululllah saw bersabda:

"Di sekitar Arsy ada menara-menara dari cahaya. Di dalamnya ada orang-orang yang pakaiannya dari cahaya dan wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukan para nabi atau syuhada'. Para nabi dan syuhada' iri kepada mereka. Ketika ditanya para shahabat, Rasulullah menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling bersahabat karena Allah dan saling kunjung karena Allah."

Wallahu a'lam

*Dikutip dari beberapa referensi situs muslim

Minggu, 25 Januari 2009

Mengapa Kita Kalah?"

"Mengapa Kita Kalah?" PDF Print E-mail
Tuesday, 06 January 2009 06:12

Mahathir Mohammad pernah mengatakan, umat Islam seharusnya bisa belajar dari sejarah Yahudi. Apa maksudnya? Baca Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini ke-253

Oleh: Adian Husaini

Tahun 1969, menyusul kekalahan Arab dalam Perang Tahun 1967, Dr. Yusuf Qaradhawi menulis satu buku berjudul: ”Dars an-Nukbah ats-Tsaniyah: Limadza Inhazamnaa wa Kaifa Nantashir.” (Diterbitkan di Indonesia tahun 1988 oleh Pustaka Bandung dengan judul: ”Mengapa Kita Kalah di Palestina?). Dalam bukunya, al-Qaradhawi menegaskan:

”Satu hal yang amat saya tegaskan di sini adalah keharusan kita untuk kembali kepada Islam. Islam yang benar. Islam yang menyeluruh yang mengembalikan diri kita – sebagaimana yang dulu pernah terjadi – menjadi sebaik-baik ummat yang pernah dihadirkan untuk seluruh ummat manusia. Tanpa kembali kepada Islam, maka nasib yang akan kita alami, sungguh amat mengerikan, dan masa depan pun akan demikian gelap gulitanya.”

Mengapa kita kalah di Palestina? Itulah pertanyaan yang sudah menggayuti kaum Muslimin sejak puluhan tahun lalu. Mengapa umat Islam yang jumlahnya sekitar 1,4 milyar jiwa tidak berdaya menghadapi kekejaman dan kebiadaban Zionis-Yahudi yang jumlahnya hanya beberapa juta saja. Perlu kita renungkan, bahwa jumlah kaum Yahudi di seluruh dunia hanyalah sekitar 15 juta jiwa.

Dalam Atlas of The World's Religions, disebutkan jumlah pemeluk agama Yahudi 15.050.000. Pemeluk Islam adalah 1.179.326.000, dan pemeluk Kristen 1.965.993.000. (Ninian Smart, Atlas of The World's Religions, (New York: Oxford University Press, 1999). CM Pilkington, dalam bukunya, Judaism, malah menyebut jumlah Yahudi hanya 13 juta. Mereka kini tersebar utamanya di 10 negara, yaitu USA (5.800.000), Israel (5.300.000), Bekas Uni Soviet (879.800), Perancis (650.000), Kanada (362.000), Inggris (285.000), Brazil (250.000), Argentina (240.000), Hongaria (100.000), dan Australia (97.000). (Lihat, Pilkington, Judaism, (London: Hodder Headline Ltd., 2003).

Mengapa kita kalah? Hari-hari ini kita terus menyaksikan dan meratapi saudara-saudara kita dibantai satu per satu oleh kaum Yahudi. Kita hanya bisa memanjatkan doa, berteriak, marah, protes, demonstrasi, dan menggalang dana bantuan. Itulah yang bisa kita lakukan. Kita kalah, dan tidak berdaya menghadapi kondisi yang memilukan ini. Sama dengan nasib bangsa kita yang ratusan tahun dijajah oleh bangsa-bangsa mini.

Dunia mengutuk kekejaman Zionis Israel. Namun, Israel tidak peduli. Mereka merasa kuat karena jelas-jelas didukung oleh negara adikuasa AS dan sekutu-sekutunya. Sistem PBB sudah diatur sedemikian rupa sehingga tidak bisa merugikan kepentingan Israel. Jika sebelumnya banyak yang menaruh sedikit harapan pada Obama, maka harapan itu kini mulai sirna. Barack Obama ternyata tak beda dengan Presiden AS lainnya yang menempatkan Israel sebagai sekutu utamanya. Kita tunggu saja, apakah setelah ia resmi memangku jabatan Presiden AS nantinya, akan ada perubahan sikap. Kita pesimis, jika melihat sikapnya selama ini terhadap Israel.

Dalam berbagai propaganda Israel mengatakan bahwa mereka melakukan kebiadaban tersebut adalah dalam rangka untuk membela diri dari serangan-serangan roket Hamas. Propaganda ini adalah sangat keterlaluan kebohongannya. Kaum Zionis dan juga AS tidak mau melihat akar masalah Pelestina itu sendiri. Palestina adalah negara yang dijajah; tanah air mereka dirampas oleh kaum Yahudi dengan dukungan Barat, khususnya Inggris dan AS. Kita perlu ingat kembali, bahwa hingga kini ada sekitar 4 juta pengungsi Palestina yang terusir dari negaranya. Masih ada yang sejak tahun 1949 mereka hidup di tenda-tenda pengungsi yang tersebar di wilayah Lebanon dan sebagainya. Mereka tidak jelas nasibnya hingga kini, apakah akan diizinkan kembali ke tanah airnya atau tidak. Hak untuk kembali (Right to Return) senantiasa ditolak Israel.

Padahal, bangsa Palestina adalah korban dari kebiadaban kaum Kristen di Barat terhadap yahudi. Mereka tidak pernah membantai kaum Yahudi. Baratlah yang selama ratusan tahun membantai Yahudi. Bahkan, selama 800 tahun kaum Muslim di Andalusia menjadi pelindung kaum Yahudi. Begitu juga Turki Utsmani. Ketika pada tahun 1492 kaum Yahudi diultimatum oleh penguasa Kristen di Spanyol untuk pindah agama, dihukum mati, atau diusir dari Spanyol, maka ratusan ribu kaum Yahudi memilih untuk pergi dari Spanyol. Kemana mereka pergi? Tak lain mereka mengungsi ke wilayah-wilayah Turki Utsmani.

Meskipun memberikan gambaran yang tidak terlalu tepat terhadap perkembangan Islam, Encyclopedia Judaica masih mengakui bahwa sikap muslim terhadap Yahudi jauh lebih toleran dibandingkan sikap Kristen. Kata Encyclopedia ini: ”it displayed greater tolerance than Christianity.” Setelah mengalami berbagai kekejaman di Eropa, kaum Yahudi di wilayah Utsmani merasakan hidup di tanah air mereka sendiri. Selama ratusan tahun mereka tinggal di sana, menikmati kebebasan beragama, dan berbagai perlindungan sebagai kaum minoritas dengan status sebagai ahlu zhimmah. Selama itu, kaum Yahudi tidak berpikir untuk memisahkan diri dari Utsmani.

Karen Armstrong, dalam bukunya, A History of Jerusalem mencatat, bahwa di masa pemerintahan Sultan Sulaiman Agung (Suleiman the Magnificent--1520-1566), Yahudi hidup berdampingan dengan kaum muslim di Jerusalem. Sejumlah pengunjung Yahudi dari Eropa sangat tercengang dengan kebebasan yang dinikmati kaum Yahudi di Palestina. Pada tahun 1535, David dei Rossi, seorang Yahudi Italia, mencatat bahwa di wilayah Utsmani, kaum Yahudi bahkan memegang posisi-posisi di pemerintahan, sesuatu yang mustahil terjadi di Eropa. Ia mencatat, “Here we are not in exile, as in our own country. ‘Kami di sini bukanlah hidup di buangan, tetapi layaknya di negeri kami sendiri.’”

Kondisi Yahudi di Turki Utsmani itu begitu bertolak belakang dengan perlakuan yang diterima Yahudi di dataran Eropa, sehingga mereka harus mengungsi besar-besaran ke luar Eropa, dan terutama ke wilayah Utsmani. Padahal, ketika Spanyol berada di bawah pemerintahan Islam, kaum Yahudi juga mengalami perlakuan yang sangat baik. Sejumlah penulis Yahudi menggambarkan kondisi Yahudi di Spanyol di bawah pemerintahan Islam ketika itu sebagai suatu “zaman keemasan Yahudi di Spanyol” (Jewish golden age in Spain).

Dalam buku Atlas of Jewish Civilization, Martin Gilbert mencatat tentang kebijakan penguasa muslim Spanyol terhadap Yahudi. Dia katakan, bahwa para penguasa muslim itu juga mempekerjakan sarjana-sarjana Yahudi sebagai aktivitas kecintaan mereka terhadap sains dan penyebaran ilmu pengetahuan. Maka mulailah zaman keemasan Yahudi di Spanyol; penyair, dokter, dan sarjana memadukan pengetahuan sekuler dan agama dalam metode yang belum pernah dicapai sebelumnya. Kaum Yahudi itu bahkan menduduki jabatan tertinggi di dunia muslim, termasuk perdana menteri beberapa khalifah di wilayah Islam bagian Timur dan Barat.

Karen Armstrong juga menggambarkan harmonisnya hubungan antara muslim dengan Yahudi di Spanyol dan Palestina. Menurut Armstrong, di bawah Islam, kaum Yahudi menikmati zaman keemasan di al-Andalus. Musnahnya Yahudi Spanyol telah menimbulkan penyesalan seluruh dunia dan dipandang sebagai bencana terbesar yang menimpa Israel sejak kehancuran (Solomon) Temple. Abad ke-15 juga telah menyaksikan meningkatnya persekusi anti-Semitik di Eropa, yang kaum Yahudi dideportasi dari berbagai kota. Sebagaimana Karen Armstrong, Avigdor Levy, penulis Yahudi dari Brandeis University, mencatat tentang kisah tragis pengusiran Yahudi dari Spanyol tahun 1492.

Itulah kebaikan dan perlindungan umat Islam terhadap Yahudi. Tapi, setelah melihat kekuatan Islam melemah, kaum Zionis kemudian justru berpaling ke Barat. Mereka justru tega merampas negeri Palestina untuk berdirinya Negara Yahudi. Anehnya, klaim-klaim teologis dan historis mereka kemudian didukung oleh Inggris dan AS. Peristiwa holocaust yang sebenarnya bukan tindakan kaum Palestina justru dijadikan legitimasi untuk membunuh dan mengusir penduduk Palestina dan menggantinya dengan penduduk Yahudi. Karena itu, tidaklah berlebihan jika dunia menilai, Zionisme sebagai satu bentuk rasisme. Resolusi Majlis Umum PBB No 3379, tahun 1975 menyatakan, bahwa "Zionisme adalah sebentuk rasisme dan diskriminasi rasial."

Roeslan Abdulgani (Menlu RI periode 24 Maret 1956--28 Januari 1957) menulis bahwa salah satu jiwa pokok dari Konferensi Asia-Afrika Bandung, tahun 1955, adalah jiwa anti-Zionisme. Dalam konferensi tersebut Zionisme Israel oleh banyak delegasi dikatakan sebagai, "the last chapter in the book of old colonialism, and the one of the blackest and darkest chapter in human history ‘bab terakhir dari buku kolonialisme kuno, dan satu di antara bab yang paling hitam dan paling gelap dalam sejarah manusia.’”

Zionisme Israel, menurut Roeslan Abdulgani, pada hakikatnya adalah bentuk dan manifestasi dari nafsu untuk merampas tanah air bangsa lain, dengan cara-cara teroris dan kejam. Negara Israel yang didirikan pada tahun 1948, tidak hanya merampas tanah air rakyat Palestina yang tak berdosa, tetapi juga mengusir penduduk aslinya dengan teror dan kekerasan. Selanjutnya Roeslan menulis:

"Zionisme boleh dikatakan sebagai kolonialisme yang paling jahat dalam zaman modern sekarang ini. Ia berbau rasialisme. Ia menyalahi agama Yahudi. Ia didukung oleh kekuatan-kekuatan internasional yang berjiwa reaksioner, baik dari kalangan Yahudi di Eropa Barat maupun di Amerika." (Roeslan Abdulgani, Indonesia Menatap Masa Depan, (Jakarta: Pustaka Merdeka, 1987),

Jadi, kekejaman dan kebiadaban Zionis Yahudi memang sudah masyhur dan dimaklumi oleh dunia internasional. Mayoritas negara-negara di dunia mengutuk tindakan Israel. Tapi, AS tetap mendukung kebiadaban Israel. Di sinilah kita melihat praktik nyata kebohongan Demokrasi yang digembar-gemborkan AS dan sekutu-sekutunya. Dalam struktur PBB sendiri dilestarikan sistem yang sangat otoriter dan sangat tidak demokratis. Kekuasaan PBB untuk melakukan aksi militer diberikan kepada Dewan Kemanan; sedangkan Dewan Keamanan sendiri sudah dikuasai oleh lima anggota tetap. Jika satu saja anggota tetap itu tidak setuju dengan satu resolusi, maka resolusi itu batal. Akhirnya, yang berkuasa bukanlah suara mayoritas, tetapi AS dan sekutu-sekutunya. Inilah satu bentuk kebohongan demokrasi yang sangat telanjang. Anehnya, begitu banyak pakar saat ini yang masih rajin menyanyikan lagu demokrasi dan membanggakan Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar di dunia Islam. Satu kebanggaan yang berlebihan.

Tapi, kita memang tidak akan menyelesaikan masalah dengan mengumpat dan mencaci Israel dan para pendukungnya. Kita sendiri yang harus berubah. Sebab, kita kalah bukan karena pihak luar. Kita kalah karena kita sendiri. Karena kondisi kita memang layak untuk dikalahkan. Untuk mencari jawaban bagaimana supaya kita bisa menang, maka kata Yusuf Qaradhawi, kita memang harus kembali kepada Islam. Tahun 2003 lalu, saat pembukaan KTT Organisasi Islam di Kuala Lumpur (16/10/2003), Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad kala itu juga sudah mengingatkan bahaya kekuasaan Yahudi di dunia. Mahathir mengajak umat Islam untuk melihat sejarah, bagaimana bangsa kecil yang ditindas dimana-mana selama ribuan tahun itu kini bisa menguasai dunia.

Dalam pidatonya tersebut, Mahathir Mohammad sebenarnya lebih menekankan, agar umat Islam belajar dari sejarah Yahudi. Bagaimana bangsa kecil yang mengalami penindasan selama ribuan tahun ini, berhasil survive (selamat) dan bahkan kemudian menjadi salah satu kekuatan dunia (world power). Ia menekankan, bahwa Yahudi selamat, lebih karena menggunakan “otak”, dan bukan hanya kekuatan fisik. “Muslims were up against people who think; people who survived 2000 years of pogroms not by hitting back, but by thinking.”

Yahudi, menurut Mahathir, mampu keluar dari keterpurukannya karena mereka menggunakan akalnya. Tapi, kita paham, bahwa akal saja tidaklah cukup. Yang penting juga adalah aqidah dan akhlak. Islam akan mampu meraih kemenangan jika mampu memadukan dua unsure yang tepat dalam perjuangan, yaitu kecerdasan dan keikhlasan. Betapapun hebatnya akal yang kita punya, betapa pun jitunya strategi yang kita terapkan, jika tidak dilakukan dengan keikhlasan, maka kemenangan pun tidak akan kunjung tiba. Keikhlasan dalam berjuang inilah yang memungkinkan kita mampu membuang jauh-jauh semangat ashabiyah dan golonganisme di tengah kita.

Mudah-mudahan aktivitas kita dalam berjuang membantu saudara-saudara kita di Palestina kita jalankan karena mencari keridhaan Allah; bukan untuk mencari pujian masyarakat bahwa organisasi kita termasuk yang paling aktif dalam perjuangan ini. Niat ikhlas itulah yang dinilai oleh Allah. [Solo, 2 Januari 2009/www.hidayatullah.com]

Catatan akhir pekan [CAP] adalah hasil kerjasama antara Radio Dakta 107 FM dan www.hidayatullah.com

Zionis belum berhenti membantai, kok kita berhenti membantu? Sisihkan sebagian harta Anda untuk membantu rakyat Gaza di "Hidayatullah.com Peduli Palestina". No Rek BCA: 822 0279422 CP Redaksi www.hidayatullah.com 081-357342242