Jumat, 06 Februari 2009

MENYALAHKAN ORANG LAIN ADALAH SALAH??

MENYALAHKAN ORANG LAIN ADALAH SALAH??

Oleh : Ihsan Kamaludin

Jangan saling menyalahkan orang lain!!!!itulah kata Al-Qur’an ”laa yaskhar qaumun min qaumin assa an-yakuna khairan minhum”(jangan memperolok-olok suatu kaum boleh jadi yang diperolok-olok lebih abik dari mereka). Jadi tinggal pilih ingin mengikuti Al-Qur’an atau mengikuti ulama yang sesat???”. Begitulah kira-kira kutipan dari ceramah seorang mubaligh yang peulis dengar. Ada lagi kalimat lain seperti “jangan saling menyalahkan telunjuk yang bergerak-gerak dengan yang tidak, karena Allah tidak akan melihat hal-hal kecil seperti itu”. Spontan membuat mustami’ kaget sekaligus tegang termasuk pernulis. Sebuah ceramah yang berapi-api dan penuh semangat dengan mengambil tema hakikat perpecahan dalam Islam di sebuah pengajian umum.

Inti dari ceramah tersebut mengungakpkan perpecahan dalam islam disebabkan karena saling menyalahkan bahkan menyebutkan ulama suu (ulama jahat) yang saling menyalahkan dalam hal ibadah seperti qunut, taraweh, yasinan,dll. Penceramah tersebut brgelar Lc dan MA yang menunjukan lulusan timur tengah. Bila ada yang menentang atau yang menyalahkan tinggal ditanya saja berapa kitab yang dia baca. Salah satu contoh Shahih Bukhari yang berjumlah 4 Kitab di kita rata-rata hanya dibaca ringkasanya saja sedangkan yang aslinya ada 600 ribu kitab.

Sedikit mengelitik pemikiran penulis yang ingin menangapi ceramah tersebut lewat tulisan ini. Sebuah tanggapan yang masihdalam proses pembelajaran namun ada beberapa yang seolah bertentangan dengan apa yang menjadi sumber kita yakni Al-Qur’an dan yang kedua yaitu As-Sunnah sesuai dengan yang penulis dapati di pesantren. Pertama, mengambil kesimpulan haram hukumnya (tidak boleh) menyalahkan bahkan memperolok-olok orang lain seperti dalam Surat Al-Hujurat ayat 11 yaitu :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.

Jika melihat tafsir Imam Al-Maraghi arti Sukhriyah : adalah mengolok-olok, menyebut-nyebut aib dan kekuarangan-kekurangan orang lain yang menimbulkan tawa. Jadi yang dimaksud Sukhriyah yang dilarang ini adalah memperolok-olok, menghina aib dan kekurangan fisik orang lain bukan menyalahkan orang yang selalu menyalahkan ibadah orang lain. Sebagaimana At-Tirmizdi meriwayatkn bahwasanya Aisyah pernah menyembutkan Shafiyah Sorang wanita...Sambil memperagakan dengan tanganya sedemikian rupa maksudnya bahwa shafiyah itu pendek. Maka Rasul saw. Bersabda, ”sesungguhnya kamu telah mencampur suatu kata-kata yang sekiranga dicampur dengan air laut, tentu akan bercampur seluruhnya”

Jika muslim menyalahkan atau menasehati orang lain yang benar-benar salah artinya tidak sesuai dengan syariat, maka disitulah justru ada kewajiban dakwah. Dengan dakwah ini kita menjadi Istiqamah dalam kebenaran. Sesuai dengan Surat Al-Ashr agar kita tidak rugi dunia akhirat harus saling bertaushiah dalam kebenaran dan kesabaran.Bahkan diperintah untuk amar makruf nahi munkar dan dilarang berpecah seperti dalam Surat Ali-Imran 104 & 105

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung.

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,

Dalam Hadits Rasulullah menyatakan bahwa baransiapa melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangan (kekuasaan), apabila tidak bisa maka rubahlah dengan lisan,apabila tidak mampu rubahlah dengan hati dan itulah selemah-lemah imanya. Inilah tugas muslim untuk saling menyampaikan kebenaran dari Allah dan rasulnya sebagai Ballighu anni walau ayatan (penyampai risalah rasul walaupun satu ayat).

Kedua, mubaligh tersebut menyatakan bahwa Allah tidak akan melihat hal-hal kecil seperti mengerak-gerakan telunjuk ketika sholat. Inilah merupakan hemat penulis kalimat yang menafikan kekuasaan Allah sebagai maha melihat. Dalam Al-Qur’an berkali-kali diungkapkan bahwa Allah maha melihat apa yang kita kerjakan. Walau sekecil apapun amal kita pasti akan dipertangungjawabkan di hadapan Allah Swt. Disebutkan dalam surat Al-Zalzalah sebsar dzarah pun amal buruk dan amal baik kita akan diganjar dengan setimpal. Bahkan Sabda Nabi lebih tegas lagi dengan mengatakan barang siapa yang beramal selain apa yang di perintahkan (dicontohkan) maka amal itu tertolak. Naudzubillahi mindzalik

Dari tanggapan ini, penulis bukan hendak memperbesar perpecahan. Namun, hendaknya kita kembali mentafakuri hakikat umat zaman ini. Kita sedang dilanda krisis ukhuwah akibat dari kurangnya pemahaman terhadap Al-Quran dan As-Sunnah dengan benar. Padahal Dalam Surat Ali-Imran 103 telah mengisyaratkan pada kita agar berpengang teguh kepada tali Allah (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dan jangan bercerai berai. Memang di dalam umat ini, ada beberapa golongan yang mengklaim paling benar dan intolelir terhadap pendapat orang lain. Padahal imam mazdhab seperti Imam Malik, Hanafi, Syafi’i dan Hambali tidak menganggap pendapat mereka paling benar dan menyalahkan pendapat yang lain. Kesimpulan mereka adalah yang paling kuat argumentasinya berdasarkan ijtihad syar’i (sesuai dengan qur’an dan sunnah) silahkan ambil dari madzhab manapun serta adanya saling menghargai pendapat. Tetapi juga membiarkan umat terlalu bebas berpendapat dan menjadi liberal buta dapat memicu perpecahan umat. Oleh karena itu Lebih baik kita kaji lagi summber pegangan al-qur’an dan As-Sunnah sebagai alat penyelamat dari kesesatan akhir zaman. Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar