Jumat, 23 Desember 2011

AMAL YANG MENEMBUS RUANG DAN WAKTU *

A.Waktu dalam Pandangan ilmuan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia paling tidak terdapat beberapa arti kata yang mengacu pada waktu. 1) seluruh rangkaian saat. Baik yang telah berlalu, sekarang, ataupun yang akan datang. 2) Saat-saat tertentu untuk menyelesaikan sesuatu. 3) kesempatan, tempo, atau peluang. 4) ketika, atau saat terjadinya sesuatu
Para ahli menemukan waktu bersifat relatif dan berubah karena bergantung pada tempat dan kecepatan gerak tempat itu. Hal ini telah diungkapkan melalui teori relativitas waktu Einstein di tahun-tahun awal abad ke-20. Sebelumnya, manusia belumlah mengetahui bahwa waktu adalah sebuah konsep yang relatif, dan waktu dapat berubah tergantung keadaannya. Ilmuwan besar, Albert Einstein, secara terbuka membuktikan fakta ini dengan teori relativitas. Ia menjelaskan bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan. Artinya, waktu selalu berkaitan dengan gerak dan tempat. Satu hari di planet Venus, misalnya (satuan waktu yang digunakan planet itu untuk berotasi pada porosnya), sama dengan 242 hari di bumi. Satu tahun di planet Venus (satuan waktu yang digunakan planet itu untuk berevolusi pada matahari) sama dengan 225 hari di bumi. Ini berarti satu tahun di planet Venus hampir sama panjangnya dengan satu tahun di bumi. Berati pula bahwa empat musim di planet Venus terus silih berganti dalam satu hari.

B.Waktu dalam Pandangan Al-Quran
Al-Qur’an juga mengacu beberapa kata untuk menunjukkan makna-makna waktu; 1) Ajal. 2) Dahr. 3) Waqt. 4) ’Ashr. Kesemua itu akan kita bahas dalam makalah ini mengingat keberadaannya yang secara independen selalu hadir.
1.Ajal
Konsep waktu yag pertama dalam Al Qur’an salah satunya bermakna ajal. Ajal sesuai terminologi berarti penetapan batas waktu. Dalam Al Qur’an, kata ajal mempunyai kecenderungan pada penetapan akan batas sesuatu. Seperti dikatakan dalam Al Qur’an Setiap umat mempunyai batas waktu berakhirnya usia.

Yunus : 49. Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah". tiap-tiap umat mempunyai ajal[696]. apabila Telah datang ajal mereka, Maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).

Salah satu yang sering menjadi pembicaraan di sekitar kita adalah tentang ajal manusia. Pada pengertian arti ajal di sini adalah bahwainsan (tunggal) ataupun an nas (jamak) telah mempunyai konsep waktu yang mana telah ditetapkan batas akhir (kehidupannya)nya. Ajal yang merupakan penetapan batas sesuatu, merupakan suatu ketetapan yang tidak dapat diubah. Karena, waktu mempunyai kedudukan pada proses kausalitas. Sehingga apabila penetapan itu berubah, secara tidak langsung akan merusak segala keteraturan alam yang telah tunduk pada hukum kausalitas. Seperti dalam Al Qur’an menyatakan apabila ajal seseorang telah datang, maka ia tidak dapat memajukan atau memundurkannya.
Kata ajal memberi kesan bahwa segala sesuatu ada batas waktu berakhirnya, sehingga tidak ada yang langgeng dan abadi kecuali Allah

2.Dahr
Konsep waktu yang kedua dalam Al Qur’an mengacu pada makna dahr. Kata ini dalam Al Qur’an banyak berada pada penjelasan mengenai bentangan waktu yang dilalui dunia dalam kehidupan. Dimulai dari penciptaan alam semesta hingga datangnya hari kiamat. Seperti dalam Al Qur’an dikatakan;

Dan mereka berkata, “kehidupan ini tidak lain saat kita berada di dunia, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan (mematikan) kita kecuali dahr (perjalanan yang dilalui oleh alam) (QS. Al Jatsiyah:24)

Masyarakat arab jahiliyah pada masa pra-islam juga kerap menggubah sya’ir-sya’ir yang di dalamnya menggambarkan dahr sebagai penguasa tiran, ataupun binatang buas yang menggigit dengan giginya yang tajam. Bahasa metafora yang mereka pergunakan secara tidak langsung menggambarkan bagaimana kehidupan mereka akan ditelan dahr. Penguasa tiran yang identik dengan merampas harta berharga, begitu juga binatang buas yang identik dengan memangsa saat kapanpun dan dimanapun.
Berdasarkan ayat dan contoh bahasa-bahasa metafora di atas tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kata dahr mengacu pada konsep waktu pada bentangan kehidupan di dunia. Manusia adalah bagian dari dan hidup di bentangan kehidupan di dunia. Sehingga perjalanan dahr itu akan melenyapkan mereka semua. Segala sesuatu yang ada (hidup), keberadaannya menjadikan ia terikat pada dahrLebih jauh, bahwa makna dahr dari beberapa kata yang mewakili konsep waktu dalam Al Qur’an memiliki cakupan yang universal, karena antara dimulainya kehidupan dan akhir dari kehidupan di dunia ini merupakan rahasia Allah yang tidak satupun maklukNya mengetahui.

3.Waqt
Kata ini kerap akrab di telinga kita saat menunjukkan kondisi-kondisi tertentu atau menunjukkan terjadinya suatu peristiwa. Menurut Quraish Syihab, dalam bukunya yang berjudul Wawasan Al Qur’an, ia berpendapat bahwa makna ini mempunyai arti batas akhir kesempatan atau peluang untuk menyelesaikan suatu peristiwa. Ia mengacu pada Ayat:
Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban kepada orang-orang mukmin yang telah ditentukan waktunya (mawquta) (QS. An Nisa:103)

4.‘Ashr
Adapun makna terakhir yang mewakili konsep waktu dalam Al Qur’an adalah ‘ashr. ‘Ashr sesuai dengan konotasinya mendapat arti sebagai masa secara mutlak. Berdasarkan maknanya yang berarti ‘perasan’, maka ‘ashr merupakan suatu bagian yang penting dalam kehidupan manusia. Makna perasan, yang berarti hasil dari sesuatu yang diperas, mengasumsikan fungsi waktu yang menghasilkan. Menghasilkan di sini tidak berarti mempergunakan waktunya demi meraih pesona dunia, namun bagaimana dengan ‘ashr manusia bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya. Bekerja keras di sini tidak sekadar dipahami sebagai sebuah aktifitas dengan intensitas tinggi, melainkan lebih pada penekanan kualitas. Begitu juga dengan kebutuhan yang tidak sekedar bersifat fisik, namun mencakup juga dalam masalah spiritual. Hal ini tidak bersifat temporal, yang bisa dilakukan kapan saja sepanjang masa. Artinya, dalam makna ‘ashr adalah saat-saat yang dialami oleh manusia yang harus diisi dengan bekerja keras.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh....(QS.Al ‘Ashr: 1-4)
Ayat ini mengindikasikan akan orang yang menyia-nyiakan dahrnya dari memenuhi kebutuhan spiritualnya. Ayat ini kemudian dibandingkan dengan ayat berikutnya yang memunculkan orang-orang yang beriman sebagai sebuah gambaran akan kualitas usaha akan keimanan mereka.

C.Tahapan Kejadian waktu
Seperti yang dikemukaan dalam KBBI tahapan perjalanan waktu terdiri atas, Masa Lalu, masa kini dan masa yang akan dating. Dalam tulisan yang sederhana ini akan dipaparkan poin penting dalam menafakuri perjalanan waktu. Pertama, masa lalu yang merupakan hal paling jauh menurut al-ghazali. Khalifah Umar pernah berkata “Hisablah sejauh mana amal kita sebelum nanti kalian dihisab. Ada tiga hal penting ketika menghisab amal lalu kita yaitu :
Amal baik ditingkatkan
Amal buruk ditinggalkan
Perbanyak Istigfar
Kedua, Masa Kini Maanfaatkan dengan sebaik mungkin dengan :
Iman
Amal Sholeh
Taushiyah (Dakwah)
Jangan Mubadzirkan dengan hal-hal yang melalaikan
Disiplin terhadap perjanjian waktu (ontime) dalam ibadah dan muamalah
Ketiga, Masa depan sesuai dengan firman Allah (Lihatlah dirimu apa yang akan diperbuat besok). Mengenai apa yang terjadi besok telah diungkapkan dalam Al-qur’an mengenai beberapa Tahapan Perjalanan hidup manusia yaitu : 1) Arwah,2) Rahim, 3) Dunia, 4) Barzakh, 5) Mahsyar, 6) Hisab, 7) Mizan , 8) Shirath, 8) Akhirat

D.Amal yang Menembus Ruang dan Waktu
Jika anak Adam meninggal dunia, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdoa kepadanya.” (HR Muslim).
Hadis di atas menjelaskan amal perbuatan seorang Muslim akan terputus ketika ia meninggal dunia, sehingga ia tidak bisa lagi mendapatkan pahala. Namun, ada tiga hal yang pahalanya terus mengalir walau pelakunya sudah meninggal dunia, yaitu sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan doa anak shaleh.
Dalam riwayat Ibn Majah, Rasulullah SAW menambahkan tiga amal di atas, Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya amal dan kebaikan yang terus mengiringi seseorang ketika meninggal dunia adalah ilmu yang bermanfaat, anak yang dididik agar menjadi orang shaleh, mewakafkan Alquran, membangun masjid, membangun tempat penginapan bagi para musafir, membuat irigasi, dan bersedekah.” (HR Ibn Majah).
Menurut Imam al-Suyuti (911 H), bila semua hadis mengenai amal yang pahalanya terus mengalir walau pelakunya sudah meninggal dunia dikumpulkan, semuanya berjumlah 10 amal, yaitu:
1.ilmu yang bermanfaat,
2.doa anak shaleh,
3.sedekah jariyah (wakaf),
4.menanam pohon kurma atau pohon-pohon yang buahnya bisa dimanfaatkan,
5.mewakafkan buku, kitab atau Alquran,
6.berjuang dan membela Tanah Air,
7.membuat sumur,
8.membuat irigasi,
9.membangun tempat penginapan bagi para musafir,
10.membangun tempat ibadah dan belajar.
Kesepuluh hal di atas menjadi amal yang pahalanya terus mengalir, karena orang yang masih hidup akan terus mengambil manfaat dari ke-10 hal tersebut. Manfaat yang dirasakan orang yang masih hidup inilah yang menyebabkannya terus mendapatkan pahala walau ia sudah meninggal dunia.
Dari pemaparan di atas, sudah seharusnya kita berusaha mengamalkan 10 hal tersebut atau paling tidak mengamalkan salah satunya, agar kita mendapatkan tambahan pahala di akhirat kelak, sehingga timbangan amal kebaikan kita lebih berat dari pada timbangan amal buruk.
Allah SWT berfirman, ”Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa berat timbangan kebaikannya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS al-A’raf [7]: 8).

*Dikoleksi Oleh Ihsan Kamaludin Dari Berbagai Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar